P
|
impinan suatu
perusahaan atau organisasi semakin menyadari bahwa karyawan/ petugas perlu
dikembangkan dan dilatih dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
Pelatihan setiap personil ini dirasa semakin
penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat
kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang
sejenis atau organisasi. Setiap orang dituntut agar dapat bekerja efektif,
efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik. Hal ini dilakukan untuk
tujuan nonkarier maupun karier bagi para karyawan (baru atau lama) melalui
latihan dan pendidikan (H. Malayu, S.P. Hasibuan, 2000).
Secara alamiah orang akan berkembang bersama
dengan dunia yang digelutinya, akan tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan
atau organisasi lebih cepat. Keduanya berpacu dalam arena “atletik” yang
menantang.
Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan
perkembangan orang/ petugas/karyawan tidak lain adalah pengisian kesenjangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan
tertentu. Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya.
Menurut Frank, P. Sherwood & Wallace, H.
Best, dalam Nunu Jumena (2000), latihan adalah proses membantu para pegawai
untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun
yang akan datang, melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan
tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Menurut Moekijat (1985), ada tiga syarat yang
harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan, yaitu:
1. Latihan
harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
2. Latihan
harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja dari pegawai,
termasuk sikapnya terhadap pekerjaan dalam menerapkan informasi dan pengetahuan
terhadap pekerjaan sehari-hari.
3. Latihan
harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
Untuk mencapai semua ketentuan tadi maka
diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen pelatihan yang cermat mencakup
perencanaan-nya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan pengawasan/
evaluasinya.
Materi dalam modul ini meliputi:
1. Pengertian
Manajemen Pelatihan.
2. Kegiatan-kegiatan
Manajemen Pelatihan.
3. Macam-macam
Pelatihan.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan pengertian manajemen pelatihan, kegiatan-kegiatan
manajemen pelatihan dan macam-macam pelatihan.
Kegiatan
Belajar 1
Pengertian Manajemen Pelatihan
A. PENGERTIAN
Konsep pendidikan yang lebih luas mencakup
segi kehidupan manusia, maka definisi pendidikan berbunyi: ”Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang” (Undang-undang No.
2 Tahun 1999, tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Sementara pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan
agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (kinerjanya). Ada pula yang
berpendapat bahwa pendidikan dan latihan masing-masing merupakan bagian dari
pengembangan pegawai.
Untuk lebih memahami pengertian tentang
manajemen pelatihan, berikut ini di kemukakan pendapat beberapa orang penulis.
1. Lembaga Administrasi Negara (1994)
Pendidikan dan pelatihan
jabatan pegawai negeri yang selanjutnya disebut pendidikan dan pelatihan (diktat)
adalah penyelenggaraan proses belajar-mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan jabatannya.
2. Kamus Istilah Manajemen (1994)
Pelatihan adalah
bimbingan yang diberikan oleh instruktur untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan melalui penyelesaian tugas dan latihan.
3. Robert, L. Graigh (1996)
Pendidikan dan pelatihan
adalah pengalihan pengetahuan dan keterampilan dari seseorang kepada orang
lain.
4. Edwin, B. Flippo dalam Nunu Jumena (2000)
Latihan adalah kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.
5. Menurut Moekijat (1985)
Ada 3 syarat yang harus
dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan yaitu:
a. Latihan
harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
b. Latihan
harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan dari pegawai, termasuk
sikapnya terhadap pekerjaan, dalam me-nerapkan informasi dan pengetahuan
terhadap pekerjaan sehari-hari.
c. Latihan
harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
Memperhatikan ketentuan-ketentuan tadi maka
Manajemen Pelatihan dapat diartikan sebagai pengelolaan pelatihan yang mencakup
perencanaan pelatihan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasinya.
B. TUJUAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. Meningkatkan
kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia.
2. Menanamkan
kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang
komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
3. Memantapkan
semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan
pengembangan partisipasi masyarakat.
4. Meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini mungkin
kepribadian pegawai.
5. Kesamaan
visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik (PP No. 101 Tahun 2000).
C. MANFAAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Ada dua manfaat diklat yaitu:
1. Dari segi individu
a.
Menambah wawasan, pengetahuan
tentang perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal.
b.
Menambah wawasan tentang perkembangan
lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi.
c.
Menambah pengetahuan di bidang
tugasnya.
d.
Menambah keterampilan dalam
meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
e.
Meningkatkan kemampuan
berkomunikasi antara sesama.
f.
Meningkatkan kemampuan menangani
emosi.
g.
Meningkatkan pengalaman memimpin.
2. Bagi
organisasi
a.
Menyiapkan petugas untuk menduduki
jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang sekarang.
b.
Penyesuaian terhadap perubahan
yang terjadi di lingkungannya.
c.
Merupakan landasan untuk
pengembangan selanjutnya.
d.
Meningkatkan kemampuan berproduksi/produktivitas.
e.
Meningkatkan kemampuan organisasi
untuk meningkatkan kinerja.
D. SASARAN
Sasaran pendidikan dan pelatihan adalah
tersedianya petugas/ pegawai yang memiliki kualitas tertentu guna memenuhi
persyaratan untuk diangkat dalam jabatan tertentu.
Dalam PP No. 101 Tahun 2000, sasaran Diklat
adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan
jabatan masing-masing.
Yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan
dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang petugas berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya.
1) Jelaskan,
mengapa pelatihan setiap personel petugas itu penting?
2) Menurut
Moekijat, ada 3 syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut
latihan, apakah itu?
3) Apa
definisi Diklat menurut Lembaga Administrasi Negara (1994)?
4) Jelaskan
apa manfaat pendidikan dan pelatihan bagi organisasi!
5) Apakah
sasaran pelatihan itu?
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk
menjawab latihan ini dengan benar, Anda harus membaca dan mempelajari Kegiatan
Belajar 1 dalam Modul 1 yang meliputi materi:
1) Pendahuluan.
2) Pendahuluan
dan Pengertian Manajemen Pelatihan.
3) Pengertian
Manajemen Pelatihan.
4) Manfaat
Pendidikan dan Pelatihan.
5) Sasaran.
Secara alamiah orang akan berkembang bersama
dengan dunia yang digelutinya, tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau
organisasi menuntut orang berkembang lebih cepat.
Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan
perkembangan petugas tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu.
Jadi pelatihan adalah proses pengisian
kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dengan tuntutan
pekerjaannya.
Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan
yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya.
1) Pelatihan
setiap personel semakin penting manfaatnya karena ….
A. kemajuan
teknologi
B. perkembangan
ekonomi
C. tuntutan pekerjaan atau jabatan
D. pertumbuhan sosial masyarakat
2) Sinkronisasi
pertumbuhan organisasi dengan perkembangan orang/ petugas/karyawan tidak lain
adalah pengisian ….
A. kesenjangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya
B. tuntutan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan zaman
C. era
globalisasi yang menuntut komunikasi canggih
D. kegiatan
ekonomi yang berkembang pesat sehingga tidak ada lagi batas-batas yang jelas
3) Menurut
Moekijat (1985), salah satu syarat agar suatu kegiatan dapat disebut latihan
adalah ….
A. adanya
kegiatan proses belajar-mengajar
B.
latihan harus berhubungan dengan
pekerjaan tertentu
C.
latihan memberi hal-hal baru
D.
adanya komunikasi timbal balik
4) Menurut
kamus Istilah Manajemen, Pelatihan adalah bimbingan yang diberikan oleh
instruktur untuk meningkatkan ….
A. pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
B. kemampuan
dan wawasan sesuai dengan organisasi
C. kinerja
pegawai sesuai bidangnya
D. keterampilan
dan pengetahuan melalui penyelesaian tugas latihan
5) Salah
satu manfaat pelatihan bagi organisasi yaitu ….
A. meningkatkan
produktivitas
B. meningkatkan
kemampuan menangani emosi
C. meningkatkan
pengalaman memimpin
D. menambah
wawasan perkembangan lingkungan
Cocokkanlah jawaban
Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat
penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80
- 89%
= baik
70
- 79%
= cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai
tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan
Belajar 2. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian
yang belum dikuasai.
Kegiatan
Belajar 2
Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan
K
|
egiatan-kegiatan dalam manajemen pelatihan
meliputi:
1. Menetapkan
sasaran,
2. Perencanaan/Mendesain
Program pelatihan,
3. Pelaksanaan,
4. Pengecekan/Pengawasan
dan pengendalian,
5. Pengembangan
pendidikan dan pelatihan.
Siklus
fungsi-fungsi manajemen dapat dilihat pada Gambar 1.1
A. MENETAPKAN SASARAN
Yang dimaksud dengan sasaran pelatihan yaitu:
membentuk, meningkatkan dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, serta
keterampilan, agar dapat mencapai standar tertentu yang diinginkan.
Setelah menetapkan sasaran, kegiatan
berikutnya adalah membuat perencanaan atau mendesain/merancangbangun program
pelatihan.
B. PERENCANAAN/MENDESAIN PROGRAM PELATIHAN
Perencanaan adalah menentukan kebutuhan
latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai
rekomendasi berikut metode dan sarana
latihan.
Mendesain program pelatihan merupakan kegiatan
awal dari persiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan/diklat yang sangat
penting. Di samping mempunyai tujuan menghasilkan program yang bermutu dan
sesuai dengan kebutuhan peserta dan organisasinya, juga dapat menetapkan
strategi diklat (menentukan perlu diklat atau pendidikan di luar diklat).
Seorang desainer pembelajaran diklat pertama-tama ia harus menggali model-model
pembelajaran yang ada, pemakaian model pada desain program pembelajaran sangat
bermanfaat dalam menghasilkan program yang berkualitas dan realistis.
Manfaat menggunakan model adalah:
1. Menjelaskan
hubungan aspek perilaku manusia dan interaksinya.
2. Mengintegrasikan
apa yang diketahui melalui riset dan observasi.
3. Menyederhanakan
proses kemanusiaan yang kompleks.
4. Petunjuk
observasi.
Desain (rancangbangun) adalah proses
perencanaan yang menggambar-kan urutan kegiatan (sistematika) mengenai suatu
program. Ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan:
1. maksud
(apa yang harus dicapai);
2. metode
(bagaimana mencapai tujuan);
3. format
(dalam keadaan bagaimana penentuan rancangbangun yang Anda ingin capai).
Pertanyaan mendasar tentang setiap
rancangbangun pelatihan:
1. Apakah
orang/kelompok yang membuat rancangbangun dapat mencapai tujuan kegiatannya?
2. Tingkat
pengetahuan dan keterampilan apa yang disyaratkan bagi
peserta?
3. Berapa
waktu yang diperlukan?
4. Apakah
perencanaan ini sesuai untuk ukuran kelompok?
5. Keterampilan
apa yang disyaratkan untuk melaksanakan perencanaan?
Beberapa hal yang harus diperhatikan selain
tujuan, metode, dan format yaitu:
1. Alokasi
waktu, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan rancangbangun?
2. Apa
yang akan dilakukan agar peserta terlibat dan berpartisipasi?
3. Pokok/kunci
dan atau instruksi, ide apa yang disajikan, dan apa yang sebenarnya diinginkan
dari partisipasi peserta?
4. Materi/bahan
apa yang dibutuhkan, atau apa kebutuhan peserta?
5. Pengaturan
(bagaimana mengetahui lingkungan fisik agar rancang-bangun bisa berhasil)?
6. Penilaian
apa yang harus dibuat, alat atau diskusi apa yang diinginkan oleh peserta
sebelum melanjutkan ke kegiatan berikutnya?
Tujuan rancangbangun
Adapun tujuan rancangbangun/perencanaan
pelatihan adalah:
1. Mengetahui
secara sistematis tahapan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan.
2. Mengetahui
aspek-aspek atau unsur-unsur pelatihan yang menjadi fokus.
3. Mengetahui
model yang digunakan.
4. Menyiapkan
bahan-bahan dan metode yang digunakan.
Manfaat rancangbangun
1. Merupakan
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelatihan.
2. Menyiapkan
bahan-bahan dan metode yang digunakan.
Prinsip rancangbangun
1. Menetapkan
pendekatan yang digunakan.
2. Menetapkan
model yang digunakan.
3. Menetapkan
langkah-langkah dan unsur-unsur pelatihan.
Beberapa model
rancangbangun
1. Model
Pusdiklat Depdiknas.
2. Model
Leonard Nadler (Critical Events).
3. Model
Steppes Depdiknas.
4. Model
ELC.
5. Model
Pendekatan Pembelajaran Integratif.
1. Model Pusdiklat Depdiknas
2. Model
Critical Event
3. Model
Steppes Depdiknas:
a. Penilaian kebutuhan.
b. Persiapan Penyusunan Silabus.
c. Penulisan Draf Bahan.
d. Review Penulisan Bahan.
e. Pelaksanaan.
f. Tindak lanjut dan Reinforcement.
g. Evaluasi.
h. Buku Petunjuk.
4. Model
ELC
Model ini pada dasarnya adalah metode berlatih
secara induktif, yaitu membangun konsep dari pengalaman-pengalaman empiris
untuk mengembangkan teori dan prinsip-prinsip dari pengalaman. Metode ini
menuntut partisipasi aktif peserta latihan. Model ELC seperti pada Gambar 1.4.
Model
ELC mendasarkan diri kepada 3 hal yaitu:
1. Active
participating.
2. Sharing
responsibility.
3. Need
orientation.
ANALISIS KEBUTUHAN
Evaluasi dan Bimbingan Penyusunan Kurikulum
Lanjutan Latihan
Pelaksanaan Latihan
5. Model
Pembelajaran Integratif
Siklus Rancangbangun Pendidikan dan Pelatihan
(MS. Lee Meng Foon, 1997)
ANALISIS
KEBUTUHAN
|
• Pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang dibutuhkan peserta
agar dapat meningkatkan kinerjanya, peningkatan kepuasan kerja dan
mengoptimalkan sumbang tenaganya bagi organisasi perusahaan.
|
TETAPKAN TUJUAN PENCAPAIAN KINERJA
|
• Kaitkan tujuan secara langsung dengan analisis kebutuhan.
• Kemampuan apa yang harus dimiliki peserta agar dapat
melaksanakan tugasnya.
• Buatlah secara khusus, jelas dan tepat.
|
TENTUKAN KEUNTUNGAN MANFAAT
BAGI PESERTA
|
• Apakah manfaatnya baik secara pribadi maupun profesional bagi
peserta dalam mencapai tujuan kinerjanya?
|
SIAPKAN PESERTA
UNTUK BELAJAR
|
• Buatlah berbagai kemungkinan keterkaitan/ hubungan.
• Tekankan manfaat bagi peserta.
• Gunakan sugesti yang positif.
• Ciptakan percaya diri pada peserta dan pemikiran positif.
|
SIAPKAN PENGALAMAN BELAJAR YANG POSITIF
|
• Pre-review/perbanyak review.
Perhatikan semua gaya belajar.
• Gunakan metaphor serta alat bantu lainnya.
• Buatlah situasi belajar yang menyenangkan.
• Siapkan alat bantu pekerjaan termasuk kolaborasi dan pengalaman
peserta masa lalu yang berhasil.
• Berpikir secara menyeluruh (komprehensif).
|
SIAPKAN PRAKTEK DAN REINFORCE-MENT
(PENGUATAN)
|
• Baik untuk individu maupun kolaborasi.
• Biarkan adanya perbedaan dalam kecepatan belajar dan kebutuhan.
• Alokasikan waktu untuk permainan dan ekspresikan/melaksanakan
percobaan.
|
BERIKAN TINDAK LANJUT POST CLASS & DUKUNGAN
|
• Kelompok pemakai dan berita berkala
• Sistem informasi atau departemen “Staf ahli”.
• Kontak pribadi bila memungkinkan.
|
EVALUASI
|
• Evaluasi keberhasilan belajar.
• Evaluasi metode mengajar.
• Evaluasi kinerja peserta di tempat kerjanya.
|
C. PELAKSANAAN
Kegiatan ini menggambarkan pelaksanaan
jalannya kegiatan latihan, unsur-unsur pelaksanaan latihan, metode maupun
mengajarnya. Pada proses pelaksanaan ini, dicantumkan di mana kegiatan
dilaksanakan serta kerja sama dengan instansi terkait dan model evaluasi yang
digunakan.
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pelatihan,
organisasi/kepanitiaan perlu disusun dengan struktur dan uraian tugas yang
jelas. Organisasi tersebut perlu dibentuk dengan mempertimbangkan aspek
efisiensi dan kerja sama.
Unsur biaya yang dibutuhkan secara keseluruhan
dirancang secara utuh dan cermat. Kekeliruan dalam merancang pendanaan akan
mengakibatkan kegiatan pelatihan dapat terhenti, atau mungkin dana yang
tersedia cukup kecil sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam menyusun pendanaan agar dirancang secara cermat dan benar.
Setelah segala sesuatunya tentang pelatihan
selesai direncanakan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan. Tahap pelaksanaan
ini dapat dibagi dalam tiga langkah yaitu langkah persiapan (persiapan
administratif dan edukatif), langkah pelaksanaan, dan langkah pelaporan.
1. Langkah-langkah
Persiapan
a. Menyiapkan
surat edaran tentang adanya program latihan (jenis diklat, lamanya, tempat, dan
persyaratan peserta).
b. Mempersiapkan
instrumen tes masuk diklat (jika diperlukan).
c. Melaksanakan
tes masuk/selesai calon peserta.
d. Mempersiapkan
Surat Keputusan penyelenggara Diklat/kepanitiaan.
e. Menyiapkan
buku pedoman/petunjuk. Buku pedoman itu memuat hal-hal yang perlu diketahui
oleh peserta latihan.
f. Panggilan
peserta, dengan persyaratan-persyaratan yang diwajibkan bagi peserta.
g. Menentukan
widyaiswara, dengan persyaratan:
- Pejabat
fungsional.
- Ahli/Pakar.
- Widyaiswara
ditetapkan dengan Surat Keputusan Pejabat yang berwenang berdasarkan SK Menpan
No. 08/1985.
h. Menyiapkan
formulir/blanko, seperti daftar hadir, surat izin bagi peserta yang akan
meninggalkan kampus karena sesuatu kepentingan tertentu, identitas peserta,
penilaian, sikap, penilaian seminar, diskusi, simulasi, dan lain-lain.
i. Menyediakan
perlengkapan diklat, seperti alat tulis-menulis, perlengkapan peserta, tanda
pengenal peserta, blanko STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan),
Plakat, OHP, Video, dan lain-lain.
j. Menyusun
biaya pelaksanaan, yang terdiri dari komponen biaya administrasi (akomodasi,
konsumsi, kesehatan peserta, bahan ajar, transpor peserta, uang saku, honor
panitia/petugas, transpor lokal panitia/petugas), dan biaya edukatif (honor
widyaiswara/pelatih, honor narasumber, honor pengamat dan penilai, honor
praktek kerja lapangan, biaya buku-buku, foto copy dan lain-lain).
2. Langkah-langkah Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan
meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Pembukaan.
b. Melaksanakan
kegiatan akademik.
Kegiatan ini diawali dengan penjelasan program diklat oleh ketua
diklat. Penjelasan meliputi: tujuan, struktur program latihan (kurikulum dan
silabi, widyaiswara/pelatih dan kegiatan-kegiatan lainnya), sistem penilaian,
kriteria kelulusan dan kewajiban serta hak peserta.
1) Senam
pagi.
2) Outword
bound/dinamika kelompok.
3) Perkuliahan
(terjadwal).
4) Penugasan-penugasan.
Selama perkuliahan dilaksanakan pula
kegiatan-kegiatan yang menambah wawasan dan perubahan perilaku peserta seperti:
1) Diskusi
kelompok.
2) Tugas
baca.
3) Penulisan
kertas kerja/karya tulis.
4) Praktek
kerja lapangan/PKL. Selama kegiatan PKL peserta diharapkan menghasilkan:
a) Kertas
kerja tentang ”Rencana Kerja untuk masing-masing instansi terkait yang menjadi
obyek/sasaran kunjungan dengan subtema PKL”.
b) Kertas
kerja tentang ”Rencana Kerja Peningkatan Koordinasi Lintas Instansi dalam
Kaitannya dengan Sub-Tema PKL”.
c) Laporan
PKL dengan pendekatan administrasi manajemen, organisasi dan kepemimpinan yang
dipandang menarik dan bermanfaat bagi
peserta.
5) Seminar
Seminar merupakan forum diskusi kelompok
di mana kertas kerja perorangan/ kelompok disajikan dan dibahas menyeluruh
sehingga masing-masing kertas kerja dapat dikembangkan berdasarkan masukan dari
peserta lainnya.
Seminar terdiri atas:
a) Seminar Kertas Kerja Perorangan.
b) Seminar Kertas Kerja Angkatan.
c) Seminar Kertas Kerja Kelompok.
d) Seminar Kertas Kerja Praktek Kerja Lapangan.
6) Evaluasi
Setiap kegiatan diklat diakhiri dengan
evaluasi. Maksud evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana kegiatan diklat
telah mencapai tujuan.
Sasaran evaluasi meliputi unsur-unsur
peserta, program pengajaran, personal, organisasi penyelenggara,
widyaiswara/pelatih, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan
pasca diklat.
c. Penilaian
Pasca Diklat
Penilaian pasca diklat dilakukan
terhadap kemampuan dan pendayagunaan alumni yaitu:
1) Sejauh
mana alumni mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas pekerjaan dalam jabatan yang diembannya.
2) Sejauh
mana alumni didayagunakan potensinya baik dalam jabatan fungsional maupun
jabatan struktural.
d. Penutupan
Penutupan merupakan acara terakhir
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Undangan
(siapa yang akan diundang).
2) Acara
penutupan (laporan) penyelenggara diklat, penyerahan STTPL, penyerahan hasil
diklat/makalah kelompok, kesan peserta, sambutan pejabat/Pembina diklat,
sambutan sekaligus menutup diklat, pembacaan doa dan ucapan selamat kepada
peserta.
3. Langkah Laporan
Laporan merupakan tahap akhir dari kegiatan
suatu pendidikan dan pelatihan. Kewajiban menyampaikan laporan tertuang dalam
Surat Keputusan Panitia Penyelenggara Diklat.
Materi laporan mencakup hal-hal sebagai
berikut: peserta, program pengajaran, personal/SDM, organisasi penyelenggara,
sarana dan prasarana, biaya dan lulusan/ tamatan.
D. PENGECEKAN/PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pengendalian tingkat pertama adalah
pengendalian akademis secara umum yang dilakukan oleh LAN (Lembaga Aparatur
Negara) melalui program-program umum. Sedangkan pengendalian administratif
dilakukan oleh Badan Diklat, Biro Kepegawaian atas calon-calon peserta dan
alumni/lulusan.
Pengendalian teknis baik akademik maupun
administratif dilakukan oleh Pusdiklat Pengawasan dan Pengendalian operasional
dilakukan oleh manajer diklat.
E. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Kegiatan ini tidak bisa dipisahkan dari
rancangbangun suatu diklat, oleh karena itu merupakan kelanjutan dari proses
rancangbangun suatu diklat. Adalah sangat penting bagi pejabat yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan pelatihan untuk mengetahui dengan baik peran dan
sumbangannya apakah sebagai pengembang program atau pelaksana diklat, atau
melaksanakan peran keduanya.
Pengembangan program adalah suatu proses
terciptanya bahan belajar, kegiatan pembelajaran dan penyampaiannya kepada
peserta didik/diklat dengan maksud tercapainya tujuan khusus pembelajaran yang
dapat diukur. Jadi, proses pengembangan pendidikan dan pelatihan adalah
sekumpulan prosedur yang terorganisasi dan digunakan untuk mengembangkan
program pendidikan dan pelatihan dan atau bahan-bahan pendidikan dan pelatihan.
Proses ini juga dikenal dengan sebutan Proses Pengembangan Program.
Ada tiga langkah utama prosedur untuk
menentukan peran sebagai pengembang program diklat:
1. Identifikasi
peran pendidikan dan pelatihan dalam proses pengembangan sumber daya manusia.
2. Identifikasi
peran pengembangan program dalam proses pendidikan dan pelatihan.
3. Identifikasi
spesifikasi tanggung jawab dengan membaca uraian jabatan dan menilai kompetensi
(kompetensi adalah keterampilan atau pengetahuan yang diperkirakan sangat
penting untuk menguasai suatu fungsi jabatan yang spesifik).
1. Model Pengembangan Diklat
Ada enam langkah dalam pengembangan diklat
yaitu:
a. Analisis:
Apakah diklat dibutuhkan? Jika dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan apa yang
perlu disampaikan kepada peserta dan tersusun dalam program diklat? Apakah
pengembangan program dapat dipertimbangkan dilihat dari segi pembiayaan?
b. Tujuan
pembelajaran dan tes: kemampuan apa yang harus dikuasai oleh peserta setelah
mereka menyelesaikan suatu diklat? Bagaimana mengukur keberhasilan peserta?
c. Rancangbangun
pengajaran: cara apa yang terbaik untuk menyajikan/ menyampaikan
informasi/pelajaran kepada peserta agar pembelajaran tercapai dengan lebih
efektif?
d. Pengembangan
bahan diklat: bagaimana seharusnya bahan pelajaran (teks, media, dan ceramah)
diproduksi dan kemudian dicobakan untuk meyakinkan validitas dan
efektivitasnya?
e. Implementasi:
bagaimana seharusnya penyampaian pelajaran kepada peserta dilaksanakan?
f. Evaluasi:
bagaimana Anda akan mengevaluasi? Harus ada evaluasi yang terus berlangsung
selama program diklat.
2. Pendekatan Pengembangan Diklat
Ada dua pendekatan pengembangan diklat yaitu:
a. Pendekatan
linear
Pendekatan
linear adalah penerapan prinsip-prinsip berpikir linear terhadap situasi
tertentu.
Keuntungan
penggunaan pendekatan linear dalam proses
diklat adalah:
1) Urutan
dan logika ditekankan pada satu kompleksitas sekumpulan tugas yang saling
terkait.
2) Akurasi/ketepatan
dan keterukuran tujuan diciptakan melalui perhatian terhadap hal-hal yang
mendetail, dan tujuan ini dapat digunakan sebagai alat evaluasi.
3) Dokumen
semua output yang kritis dan rasionalitas untuk pengembangan, tersimpan melalui
sistem checkpoint.
b. Pendekatan
Geodistic
Pendekatan Geodistic adalah aplikasi prinsip-prinsip berpikir geodistik pada
suatu situasi tertentu. Beberapa keuntungan pendekatan geodistik:
1) Memandang
upaya pengembangan program memiliki satu tujuan utama, untuk menciptakan satu
program yang akan berdampak positif terhadap perilaku manusia.
2) Melihat
keseluruhan seperti halnya bagian-bagiannya yang meyakinkan satu konsistensi
melalui pendekatan.
3) Memperlakukan
setiap tugas dan kegiatan dalam proses pengembangan program sebagai suatu
elemen yang saling terkait dan saling ketergantungan.
4) Mengenal
dan mengelola/faktor lingkungan yang akan berpengaruh terhadap upaya
pengembangan program.
5) Menjadikan
aspek-aspek manajemen proyek pengembangan program lebih efektif. Mengembangkan
suatu lingkungan yang mendorong kreativitas inovatif berpikir dan pemecahan
masalah.
6) Evaluasi.
1) Berikan
gambaran siklus fungsi-fungsi manajemen dalam kaitannya dengan kegiatan
manajemen pelatihan!
2) Menggunakan
model dalam mendesain program pelatihan sangat bermanfaat dalam menghasilkan
program yang berkualitas dan realistis. Apa saja manfaatnya? Jelaskan!
3) Coba
berikan gambaran mengenai Model ELC!
4) Apa
sebabnya biaya yang dibutuhkan untuk keseluruhan pelatihan perlu dirancang
secara utuh dan cermat?
5) Apa
yang dimaksud dengan pendekatan linear dan pendekatan geodistic pada
pengembangan diklat? Jelaskan masing-masing keuntungannya!
Petunjuk
Jawaban Latihan
Untuk menjawab latihan ini dengan benar, Anda
harus membaca dan mempelajari Kegiatan Belajar 2 dalam Modul ini meliputi
materi:
1) Siklus
fungsi-fungsi manajemen.
2) Perencanaan/mendesain
program.
3) Beberapa
model rancangbangun.
4) Pelaksanaan.
5) Pengembangan
pendidikan dan pelatihan.
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen
pelatihan meliputi: menetapkan
sasaran, perencanaan, pelaksanaan, pengecekan/pengawasan dan pengembangan
diklat.
Perencanaan adalah menentukan kebutuhan latihan
berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi
berikut metode dan sarana latihan.
Pelaksanaan adalah menyelenggarakan dan melaksanakan
latihan.
Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil
dari pelaksanaan latihan yang telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang
masih perlu disempurnakan.
Penelitian dan pengembangan adalah meneliti dan
mengembangkan cara-cara latihan sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengalaman
agar tercapai produktivitas kerja.
1) Yang
dimaksud dengan sasaran pelatihan adalah ….
A. membentuk,
meningkatkan dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan,
agar dapat mencapai standar tertentu yang diinginkan
B. mengubah
pengetahuan, sikap dan perilaku agar peserta latihan dapat lebih rajin dalam
melakukan tugasnya
C. meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta latihan
D. mengembangkan
perilaku agar peserta dalam bekerja bersungguh-sungguh
2) Tujuan
mendesain program latihan adalah ….
A. menyusun
pola dan program latihan menurut model tertentu, dan mengaitkan aspek perilaku
manusia dan interaksinya
B. menghasilkan
program yang bermutu sesuai dengan kebutuhan peserta dan organisasinya, serta
menetapkan strategi diklat
C. menyederhanakan
proses kemanusiaan yang kompleks, sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya
D. mengintegrasikan
apa yang diketahui melalui riset dan observasi dengan realita
3) Manfaat
rancangbangun/perencanaan adalah ….
A. menetapkan pendekatan dan strategi yang
digunakan
B. menetapkan
langkah-langkah dan unsur-unsur yang digunakan pelatihan
C. merupakan
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelatihan dan menyiapkan bahan-bahan dan metode
yang digunakan
D. menyiapkan
bahan-bahan, metode, dan kegiatan pelatihan yang menjadi fokus
4) Model
ELC mendasarkan diri kepada ….
A. model
orientation, learning cycle experience
B. active
participating, sharing orientation, group action
C. group
action, need orientation, experience
D. active
participating, sharing responsibility, dan need orientation
5) Ada
dua pendekatan pengembangan diklat yaitu ….
A. logika dan akurasi approach
B. rasionalitas dan linear approach
C. pendekatan linear dan geodistic
D. pendekatan
geodistic dan statistic
Cocokkanlah jawaban
Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti
tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 -
89% = baik
70 -
79% = cukup
<
70% = kurang
Apabila mencapai
tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan
Belajar 3. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian
yang belum dikuasai.
Kegiatan
Belajar 3
Macam-macam Pelatihan
A
|
da berbagai macam/jenis pendidikan dan pelatihan
yaitu:
1. Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan
2. Pendidikan
dan Pelatihan dalam Jabatan, yang terdiri atas:
a. Pendidikan
dan pelatihan Struktural (SPAMA, SPAMEN, SPATI, ADUM).
b. Pendidikan
dan Pelatihan Fungsional (Pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan bagi PNS
yang akan dan telah menduduki jabatan fungsional).
c. Pendidikan
dan Pelatihan Teknis (Pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan untuk
memberi keterampilan dan penguasaan pengetahuan di bidang teknis tertentu
kepada PNS sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
dengan sebaik-baiknya).
Jenis lainnya adalah pembagian berdasarkan
peserta latihan
1. Pendidikan
dan pelatihan bagi calon pegawai negeri dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan, kemampuan, penyesuaian sikap dan kepribadian bagi tugas jabatan
yang akan dipangkunya sebagai PNS.
2. Ikatan
Dinas/Tugas Belajar dari suatu instansi pemerintah terhadap siswa, mahasiswa,
pegawai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pendidikan
dan pelatihan dalam jabatan:
• On the
Job Training (Pelatihan dalam Pekerjaan).
• Pendidikan
dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Departemen/ Instansi yang bersangkutan
bagi pegawai di lingkungan sendiri.
• Off
the Job Training (Pelatihan di luar pekerjaan).
Penugasan pegawai atau calon pegawai untuk
mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh Departemen/Instansi lain, maupun
lembaga latihan yang bukan khusus PNS dan bukan di tempat pekerjaan saja, baik
di dalam negeri maupun luar negeri.
Pada Kegiatan Belajar 3 ini hanya akan
disampaikan beberapa jenis/macam pelatihan yaitu:
1. Kursus
tani.
2. Magang.
3. Sekolah
lapangan.
4. P4S.
A. KURSUS TANI
Berbeda dengan metode pertemuan kelompok yang
lain seperti ceramah, kuliah dan diskusi, metode kursus tani memiliki beberapa
ciri sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan
metode kursus biasanya berlangsung selama beberapa hari atau beberapa bulan.
2. Selama
kursus, diterapkan beragam metode pertemuan kelompok yang lain (baik ceramah,
kuliah dan diskusi) bahkan sering kali digabung pula metode lain seperti
demonstrasi, karyawisata, role playing,
anjangsana, anjangkarya dan lain-lain.
3. Kursus
tani memerlukan pengorganisasian yang jelas terlebih dahulu yang menyangkut:
a. Kepanitiaan,
baik mengenai personal yang dilibatkan maupun pembagian tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
b. Persiapan
materi kursus dan penyediaan perlengkapan yang diperlukan, termasuk persiapan
ruangan, alat bantu mengajar, dan alat-alat peraga yang diperlukan.
c. Penetapan
pengajar/pelatih/fasilitator yang handal untuk setiap materi maupun setiap
metode yang akan diterapkan.
d. Akomodasi
konsumsi bagi peserta dan fasilitator.
4. Tujuan
kursus tani tidak hanya membekali sasaran dengan pengalaman belajar yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan yang sudah
dirasakan, tetapi sering kali justru lebih banyak membekali pengalaman belajar
yang akan dapat digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peran yang akan
diterimanya, serta membekali pengalaman yang berguna bagi pemecahan masalah
atau pemenuhan kebutuhan di masa mendatang yang mungkin belum dirasakan
(Mardikanto, Totok. 1993).
Karena itu dalam pelaksanaan kursus tani perlu
diberikan:
1. Materi
dasar, yaitu pengalaman belajar yang harus diketahui yang merupakan dasar atau
landasan bagi pemahaman materi inti.
2. Materi
inti yaitu pengalaman belajar yang harus dipahami untuk dapat melaksanakan
tugas sesuai dengan peran yang akan diterima, atau agar mampu memenuhi kebutuhan
atau memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi.
3. Materi
penunjang, yaitu pengalaman belajar yang perlu diketahui untuk memperlancar
pelaksanaan tugas atau mempercepat pemecahan masalah/pemenuhan kebutuhan yang
akan dirasakan.
4. Melalui
kursus tani, diupayakan tidak sekadar mempengaruhi sikap dan pengetahuan
petani, tetapi sering kali justru lebih ditekankan kepada pembekalan
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tertentu.
Berbeda dengan metode pertemuan kelompok yang
lain, metode kursus lebih efektif untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan dan
keterampilan peserta yang berada pada tahapan sadar, minat, menilai maupun
mencoba.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam metode
kursus adalah pemilihan tenaga pengajar/pelatih/fasilitator yang harus memiliki
kualifikasi:
1. Kesepakatan
atau menguasai ilmu yang akan diajarkan.
2. Memiliki
cukup pengalaman mengajar/melatih.
3. Memiliki
pengalaman dalam profesi yang luas dan mendalam di dalam menjelaskan dan
memberikan contoh-contoh tentang aplikasi pengetahuan/keterampilan yang
diajarkan.
B. MAGANG (APPRENTICESHIP)
Magang merupakan bentuk pelatihan yang telah
lama berlangsung dilaksanakan di industri-industri besar di Eropa. Mereka
magang sampai beberapa tahun (lebih dari dua tahun) tergantung kepada ketentuan
yang ditetapkan. Peserta berada di bawah bimbingan seorang ahli (profesional).
Magang merupakan proses belajar dari seorang
atau beberapa orang yang dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman.
Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan ”Off-the-Job”. Hampir semua karyawan pengrajin, seperti tukang kayu
dan ahli pipa atau tukang ledeng, dilatih dengan program-program magang formal.
Asistensi dan internship adalah
bentuk lain program magang.
Bagi petani, magang ke petani lain atau perusahaan
agribisnis akan memberikan pengalaman baru yang sangat baik. Pengalaman ini
dapat memotivasi para petani untuk berusaha tani yang berorientasi agribisnis,
sehingga hasil yang didapat lebih baik dan lebih menguntungkan.
1. Manfaat
magang dari segi individu adalah:
a. menambah
wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara internal
maupun eksternal;
b. menambah
wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan
berorganisasi;
c. menambah
pengetahuan di bidang tugasnya;
d. menambah
keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya;
e. meningkatkan
kemampuan berkomunikasi antara sesama;
f. meningkatkan
kemampuan menangani emosi;
g. meningkatkan
pengalaman belajar dan memimpin;
h. menyiapkan
dirinya untuk menduduki jabatan.
2. Manfaat
magang dari segi organisasi:
a. menyiapkan
petugas untuk siap melaksanakan tugasnya dalam menduduki jabatan yang harus
diembannya, atau menduduki jabatan yang lebih tinggi;
b. penyesuaian
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya;
c. merupakan
landasan untuk pengembangan selanjutnya;
d. meningkatkan
kemampuan berproduksi (produktivitas);
e. meningkatkan
kemampuan organisasi untuk menciptakan kolaborasi dan jaringan kerja.
C. SEKOLAH LAPANGAN
Sekolah lapangan adalah sekolah yang berada di
lapangan. Sekolah lapangan ini mempunyai peserta dan pemandu lapangan. Seperti
kebanyakan sekolah, ”Sekolah Lapangan” juga mempunyai kurikulum, tes/ujian dan
sertifikat tanda lulus. Acara pembukaan, penutupan dan kadang-kadang kunjungan
lapangan juga merupakan bagian dari Sekolah Lapangan (SL).
Sebagai contoh riil adalah ”Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu” (SLPHT).
SLPHT mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Petani
dan pemandu saling menghormati.
2. Perencanaan
bersama oleh kelompok tani.
3. Keputusan
bersama dari anggota kelompok.
4. Cara
belajar lewat pengalaman.
5. Melakukan
sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri.
6. Materi
pelatihan dan praktek terpadu di lapangan.
7. Sarana
belajar adalah lahan pengelolaan usaha tani (Agroekosistem).
8. Pelatihan
selama satu siklus perkembangan tanaman.
9. Kurikulum
yang rinci dan terpadu.
Tujuan SLPHT bagi petani dan desa adalah
masyarakat atau kelompoktani mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
keahliannya melalui proses pelatihan selama 1 musim. Kelompok inti SLPHT akan
belajar menganalisis agroekosistem di lahan mereka, kemudian membuat rencana
kelompok dan menjalankannya, belajar mempresentasikan ide dan membuat
keputusan.
Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
adalah:
1. Budidaya
tanaman sehat.
2. Melestarikan
musuh alami.
3. Pengamatan
mingguan.
4. Petani
ahli PHT.
Asas-asas SLPHT adalah:
1. Sawah
sebagai sarana belajar utama.
2. Cara
belajar lewat pengalaman.
3. Pengkajian
agroekosistem.
4. Metode
serta bahan yang praktis dan tepat guna.
5. Kurikulum
berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan.
Prinsip-prinsip pendidikan dalam SLPHT yaitu:
1. Bidang
teknik: keterampilan dan pengetahuan.
2. Bidang
hubungan antara sesama: interaksi, komunikasi.
3. Bidang
pengelolaan: menjadi manajer atas lahannya sendiri.
Proses belajar dalam SLPHT adalah melalui
pengalaman dengan mengikuti daur (Gambar 1.5), yaitu: melakukan (mengalami),
mengungkap-kan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (kembali melakukan).
Setiap peserta adalah sekaligus murid dan guru. Bagi orang dewasa proses ini
paling tepat karena dia belajar dari dirinya sendiri. Pemandu lapangan hanya
membantu agar proses tersebut berjalan dengan baik.
Persiapan SLPHT dilakukan melalui 2 tahapan
pertemuan yaitu pertemuan tingkat:
1. Kecamatan
dan Desa.
2. Kelompok
tani.
Pelaksanaan
SLPHT, merupakan proses belajar secara periodik (mingguan, tiga harian) selama
satu musim tanam penuh (14 x pertemuan). Kegiatannya berupa:
1. kerja
lapangan,
2. pengamatan
agroekosistem,
3. menggambar
agroekosistem,
4. diskusi
subkelompok yang mencakup: apa, di mana, mengapa, dan bagaimana,
5. diskusi
pleno,
6. topik khusus,
7. dinamika
kelompok,
8. studi
khusus,
9. praktek
petani dalam penerapan PHT di lahan usaha taninya.
Sebagai media pertemuan antara petani SLPHT
dengan petani belum SLPHT diadakan ”Hari Lapangan Petani”, yang dilakukan pada
akhir kegiatan.
Dalam pengorganisasiannya, setiap SLPHT
dipandu oleh tim pemandu pelatihan (PHP/Petani pemandu/PPL). Peserta sejumlah
25 orang dibagi ke dalam 5 subkelompok, masing-masing beranggotakan 5 orang petani. Setiap
subkelompok dipimpin oleh seorang ketua subkelompok.
Sarana dan prasarana SLPHT terdiri atas:
1. kelompok
tani,
2. petani
peserta,
3. tempat
belajar,
4. lahan
belajar,
5. bahan
dan alat belajar,
6. sertifikat.
Evaluasi proses belajar dilakukan untuk
mengetahui tingkat kehadiran, aktivitas dan pemahaman peserta terhadap materi
yang dipelajari. Laporan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh Pemandu pelatihan
(PHP/Petani pemandu/PPL) berupa: data awal, laporan kegiatan mingguan, data
akhir dan laporan akhir musim.
D. P4S (PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PEDESAAN
SWADAYA)
P4S adalah lembaga pendidikan di bidang
pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani-nelayan
baik secara perorangan maupun berkelompok, dan bukan merupakan instansi
pemerintah.
Tujuan P4S adalah terselenggaranya
program-program pelatihan bagi para petani-nelayan secara teratur dan
berkesinambungan.
Prinsip-prinsip P4S terdiri atas :
1. Asas-asas:
a. Asas Demokrasi: adanya kesepakatan dan
keterlibatan antara penyelenggara dan
pemagang.
b. Asas Swadaya: memecahkan sendiri masalah
yang dihadapi.
c. Asas Pengembangan Usaha: peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan usaha pemagang dan pemanfaatan tenaga kerja di bidang
usaha tani pengelola.
d. Asas Keterpaduan: kegiatan pembinaan P4S
selaras dan serasi dengan kegiatan pembangunan lainnya.
2. Ciri-ciri:
a. dikelola
oleh seorang/sekelompok petani-nelayan yang usaha taninya maju;
b. terletak
di lingkungan usaha tani pengelola;
c. dilaksanakan
dengan prinsip pemagangan;
d. dikelola
secara swadaya;
e. dukungan
masyarakat dan pemerintah daerah.
Peserta didik P4S adalah:
a. petani-nelayan
khususnya pemuda tani-nelayan;
b. berminat
mengembangkan usaha agroindustri-agribisnis;
c. perorangan/kelompok;
d. bersedia
menyesuaikan diri dengan kondisi tempat P4S.
Pelatih P4S adalah:
a. usaha
tani sehat;
b. sarana
pelatihan (ruang belajar, ATK, alat Bantu berlatih, tempat praktek, sarana
bacaan, kurikulum/rencana pelatihan, organisasi pelatihan, administrasi
pelatihan);
c. keperluan
peserta (asrama, fasilitas, makan, tidur, MCK, sarana ibadah).
Kurikulum P4S merupakan kerangka pikir tentang
apa yang akan diajarkan serta bagaimana mengajarkan suatu materi pelatihan,
yang diawali dengan:
1. Menetapkan
kebutuhan pelatihan:
a. identifikasi kebutuhan pelatihan;
b. mengidentifikasi alternatif pemecahan
masalah;
c. analisis kebutuhan pelatihan.
2. Silabus
Pelatihan P4S mencakup:
a. rumusan tujuan pelatihan;
b. topik yang akan dicakup;
c. metode pelatihan;
d. perkiraan waktu yang diperlukan;
e. alat dan bahan yang diperlukan;
f. tugas kerja (praktek);
g. metode untuk mengevaluasi hasil proses
berlatih.
Prinsip belajar-mengajar di P4S terdiri atas:
motivasi, aktif dan partisipatif, umpan balik, materi tersedia, praktek, metode
yang bervariasi, hasil belajar, standar keterampilan yang perlu dikuasai serta
ragam dan tingkat belajar. Sedangkan prinsip mengorganisasikan materi pelatihan
adalah:
1. Dari yang paling mudah sulit.
2. Dari yang umum khusus.
3. Menggunakan
tahapan pengorganisasian yang umum digunakan di tempat asal peserta.
4. Dari yang tidak diketahui diketahui.
5. Urutan
langkah yang akan diajarkan.
Dalam P4S ada 5 prinsip proses belajar, yaitu:
1. tujuan
belajar yang dihayati;
2. urutan
yang bertahap;
3. perbedaan
individual yang dihormati;
4. kesempatan
berlatih yang memadai;
5. hasil
diketahui dengan segera.
Metode pengajaran untuk menambah pengetahuan
yang digunakan dalam P4S adalah: uraian (ceramah, kuliah), tanya jawab, belajar
sendiri, diskusi kelompok, pemberian tugas, widyawisata. Sedangkan metode
pengajaran untuk melatih keterampilan: demonstrasi cara (peragaan), praktek,
kerja kelompok, dan bermain peran (role
playing).
Bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
program pelatihan yaitu menilai hasil belajar/berlatih. Kegiatan evaluasi ini
dilakukan melalui:
1. Evaluasi
awal: pada awal mulai pelajaran.
2. Evaluasi
antara: pada waktu proses penyelenggaraan.
3. Evaluasi
akhir: pada akhir pelatihan.
Evaluasi penyelenggaraan pelatihan di P4S,
dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
1. Evaluasi
rencana penyelenggaraan pelatihan.
2. Evaluasi
pada saat penyelenggaraan pelatihan (on
going evaluation).
3. Evaluasi
setelah kegiatan pelatihan (post
evaluation).
Hal yang sangat penting dalam P4S adalah
bimbingan lanjutan dalam bentuk ”Kerja sama antara pengelola P4S dengan alumni
pelatihan”.
Bentuk kerja sama tersebut meliputi:
1. Kerja
sama Ekonomi
a. Hubungan penyaluran hasil.
b. Hubungan penyaluran sarana usaha (bibit,
alat-alat, dan lain-lain).
c. Kerja sama modal.
d Dan lain-lain.
2. Kerja
sama Teknis
a. Tukar menukar informasi.
b. Pelayanan konsultasi.
c. Merancang pelatihan.
d. Menyelenggarakan pelatihan.
d. Dan lain-lain.
3. Kerja
sama Sosial
• Kesejahteraan (kesehatan, kematian).
• Organisasi.
• Keagamaan.
1) Apakah
yang dimaksud dengan pelatihan ”on the job
training” dan pelatihan ”off the job training”?
2) Pengorganisasian
apa sajakah yang perlu dilakukan terlebih dahulu dalam kursus tani?.
3) Jelaskan
apa yang dimaksud dengan ”magang”?
4) Sebutkan
ciri-ciri SLPHT sebagai Sekolah Lapangan!
5) Apa
sajakah prinsip-prinsip P4S? Terangkanlah!
Petunjuk
Jawaban Latihan
Untuk menjawab latihan ini dengan benar, Anda
harus membaca dan mempelajari Kegiatan Belajar 3 dalam Modul 1 meliputi materi:
1) Pendidikan
dan Pelatihan dalam jabatan
2) Kursus
Tani
3) Magang
4) Sekolah
Lapangan
5) P4S
Berbagai jenis diklat (Pendidikan dan latihan)
diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai/
karyawan untuk penyesuaian tugas yang dipangkunya.
Jenis-jenisnya antara lain:
1. Pendidikan
dan pelatihan prajabatan.
2. Pendidikan
dan pelatihan dalam jabatan:
a.
pendidikan dan pelatihan struktural;
b.
pendidikan dan pelatihan fungsional;
c.
pendidikan dan pelatihan teknis.
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan dibagi lagi dalam: 1) on the Job training (pelatihan dalam pekerjaan) dan 2) off the Job training (pelatihan di luar
pekerjaan).
Terdapat beberapa jenis pelatihan, yaitu:
1. Kursus
Tani: Membekali sasaran dengan pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan yang sudah dirasakan, membekali
pengalaman yang berguna bagi pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan di masa
mendatang yang mungkin belum dirasakan.
2. Magang:
merupakan bentuk pelatihan/proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang
dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman. Bagi petani, magang ke petani
lain atau perusahaan agribisnis akan memberikan pengalaman baru yang sangat
baik, yang dapat memotivasinya untuk berusaha tani yang berorientasi agribisnis,
lebih baik dan lebih menguntungkan.
3. Sekolah
Lapangan: adalah sekolah yang berada di lapangan, mempunyai peserta dan pemandu
lapangan, juga mempunyai kurikulum, tes/ujian dan sertifikat tanda lulus.
Contoh sekolah lapangan adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
(SLPHT), dengan asas-asasnya: a) sawah sebagai sarana belajar utama, b) cara
belajar lewat pengalaman, c) pengkajian agrosistem, d) metode serta bahan yang
praktis dan tepat guna, e) kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan.
4. P4S
(Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya): adalah lembaga pendidikan di
bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh
petani-nelayan baik secara perorangan maupun berkelompok, dan bukan merupakan
instansi pemerintah dengan asas demokrasi, swadaya, pengembangan usaha, dan keterpaduan.
1) Penugasan pegawai atau calon pegawai untuk
mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh departemen/instansi lain termasuk ….
A. on the
job training
B. off the job training
C. prajabatan
D. magang
2) Dalam pelaksanaan kursus tani perlu diberikan
….
A. materi dasar, materi inti, dan materi
penunjang
B. pengetahuan, sikap, dan keterampilan
C. pengalaman profesi, pengetahuan, dan sikap
D. budi daya, sosek, dan penyuluhan
3) Proses belajar seseorang atau sekelompok
orang yang dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman disebut ….
A. kursus tani
B. sekolah lapangan
C. magang
D. P4S
4) Sekolah yang mempunyai peserta dan pemandu
lapangan adalah ….
A. magang
B. P4S
C. kursus Tani
D. SLPHT
5) Pendidikan pertanian yang dikelola oleh
seorang/sekelompok petani-nelayan yang usaha taninya maju, dan dilaksanakan
dengan prinsip pemagangan dan dikelola secara swadaya adalah ….
A. P4S
B. kursus tani
C. outbond
D. on the
job training
Cocokkanlah jawaban
Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% =
baik
70
- 79%
= cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai
tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya.
Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes
Formatif 1
1) C
2) A
3) B
4) D
5) A
Tes
Formatif 2
1) A
2) B
3) C
4) D
5) C
Tes
Formatif 3
1) B
2) A
3) C
4) D
5) A
|
Anonimous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.
Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. (1995). Pedoman Penyusunan Kurikulum Kompetensi
Kerja dan Paket Keterampilan. Jakarta :
Departemen Pertanian.
Malayu, H. Hasibuan S.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Nunu Jumena. (2000). Modul Program Latihan. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Soebagio, Atmowirio. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta :
Ardadizya Jaya.
Stoner, James A.F. Freeman, R. Edward, Gilbert
J.R, Daniel R. (1996). Manajemen. Jakarta : P.T.
Prenhallindo.