DAFTAR ISI ARTIKEL

Perhiptani: Wadah Perjuangan Penyuluh Pertanian


Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) didirikan dengan dilandasi oleh kesadaran dan keinginan luhur untuk mengabdi kepada bangsa dan negara demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mengingat perlunya wadah yang menampung dan mengolah gagasan pengetahuan, keahlian, pengalaman di bidang penyuluhan pertanian, maka dibentuklah suatu organisasi profesi yang berbentuk perhimpunan untuk dipergunakan secara aktif dan teratur mengembangkan ilmu penyuluhan pertanian dan penerapannya bagi pengembangan pertanian progresif dan kemakmuran bangsa yang merata.

Sebagaimana kita ketahui sasaran jangka panjang pembangunan Nasional Indonesia adalah tercapainya masyarakat yang sejahtera. Untuk menuju masyarakat yang sejahtera tersebut maka perekonomian nasional dikembangkan dengan bertumpu pada usaha pengembangan agribisnis yang merupakan sinergi antara pertanian, agroindustri dan jasa-jasa yang menunjang pertanian.

Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) merupakan organisasi profesi penyuluh yang didirikan dengan berazazkan Pancasila merupakan organisasi profesi yang bersifat keilmuan, keahlian, persaudaraan, kemasyarakatan, kemandirian dan tidak berafiliasi dengan organisasi politik manapun.
PERHIPTANI oleh para pendirinya didirikan dengan semangat bahwa untuk mewujudkan pertanian yang berwawasan agribisnis , maka penyuluh pertanian mempunyai kedudukan dan perananan yang penting dalam pembangunan nasional khususnya di bidang pembangunan pertanian.


Sesuai dengan AD/ART , maka perhimpunan penyuluh pertanian Indonesia (PERHIPTANI) bertujuan untuk :
  1. Membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan sistem penyuluhan pertanian yang efektif, efisien dan produktif;
  2. Mengembangkan serta menyebarluaskan ilmu, teknologi, metode dan manajemen penyuluhan pertanian;
  3. Membina jiwa korsa, mengembangkan profesionalisme dan menyalurkan aspirasi penyuluh pertanian.
Sedangkan ruang lingkup kegiatan PERHIPTANI adalah sebagai berikut:
  1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian;
  2. Menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian, Perguruan Tinggi, organisasi profesi dan dadan-badan lain di dalam negeri maupun di luar negeri untuk pengembangan dan penyebarluasan penyuluhan pertanian;
  3. Menyelenggarakan dan mengikuti pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan ilmu penyuluhan pertanian di dalam maupun di luar negeri;
  4. Menyelenggarakan komunikasi antar anggota secara teratur dan berkelanjutan;
  5. Meningkatkan mutu, kompetensi dan profesi penyuluh pertanian PNS, penyuluh pertanian swasta dan penyuluh pertanian swadaya secara konsisten dan berkelanjutan;
  6. Membantu mendorong peningkatan kesejahteraan anggota;
  7. Memberikan penghargaan kepada orang-orang dan atau lembaga yang berjasa dalam bidang penyuluhan pertanian;
  8. Memberikan perlindungan dan bantuan hukum (advokasi) kepada anggota.
Berdasarkan sifat keanggotanya, anggota PERHIPTANI terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan. Keanggotaan PERHIPTANI bersifat aktif, kecuali anggota kehormatan yang ditetapkan oleh Kongres atas usulan pengurus pusat. Yang boleh menjadi anggota adalah perorangan yang berkecimpung dalam penyuluhan pertanian dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) PERHIPTANI.
Sebagai organisasi profesi PERHIPTANI selain mengadakan agenda-agenda organisasi seperti konggres, musyawarah daerah, rapat anggota dan yang sejenisnya, PERHIPTANI juga berhak untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi anggota seperti Forum Komunikasi antara organisasi profesi berupa seminar, simposium, lokakarya, temu agribisnis, temu usaha, pertemuan lainnya;serta Forum kaji-ilmiah/organisasi berupa penelitian dan pengembangan ilmu penyuluhan pertanian dan organisasi.
Dari sisi kepengurusan selain pengurus pusat yang berkedudukan di jakarta, di propinsi terdapat pengurus wilayah, sedangkan di kabupaten / kota terdapat pengurus daerah dan pengurus cabang berkedudukan di kecamatan. Bagaimana dengan di daerah anda apakah sudah terbentuk kepengurusan PERHIPTANI? PERHIPTANI dapat dibentuk di setiap kabupaten / kota. Anda dapat membentuk pengurus cabang ditingkat kecamatan apabila di dalam kecamatan tersebut terdapat sekurang-kurangnya 15 orang anggota/calon anggta yang berdomisi di kecamatan tersebut. Apabila di kurang dapat bergabung dengan kecamatan lain bergabung untuk membentuk satu pengurus cabang. daerah anda terdapat sekurang-kurangnya. Sedangkan di tingkat propinsi dapat dibentuk pengurus wilayah apabila paling tidak ada 2 kepengurusan daerah Perhiptani yang aktif di wilayah tersebut.

PENGERTIAN AGRIBISNIS


Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri = Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi, Agribisnis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar (bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengusaha sendiri) dan perolehan nilai tambah. Sebenarnya ada beberapa pendapat ahli mengenai Pengertian Agribisnis itu sendiri, seperti uraian berikut :

1.    Pengertian Agribisnis Menurut Asal Kata: Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. 
2.    Pengertian Agribisnis menurut Soekartawi (1993): Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan. 
3.    Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah : Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. 
4.    Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. 
5.    Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them. Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …” 
6.    Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. 
7.    Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. 
8.    Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. 
9.    Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
10.  Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian. 
11.  Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen 

“Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.”

 SISTEM AGRIBISNIS 
Secara konspsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan agroindustriyang saling terkait satu sama lain. Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan. 
Sistem Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa subsistem, diantaranya : 

1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off-farm), 
Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. 
Contoh: 
·         Industri pembibitan tumbuhan dan hewan 
·         Industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan) 
·         Industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri pendukungnya 
2.  Subsistem produksi/usahatani (on-farm agribusiness) 
kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan. 
Contoh : 
·         Usaha tanaman pangan dan holtikultura 
·         Perkebunan • Tanaman Obat
·         Peternakan 
·         Perikanan 
·         Kehutanan  
 3.  Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off-farm)
Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
Contoh:

·         Produk makanan dan minuman 
·         Industri serat alam 
·         Industri biofarmaka 
·         Industri agro-wisata dan estetika 
·          
  4. Subsistem lembaga penunjang (off-farm) 
seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya). 
Contoh : 
·         Distribusi 
·         Konsumsi 
·         Promosi 
·         Informasi pasar 


LINGKUP KEGIATAN AGRIBISNIS
1. Pertanian 
Pertanian dalam arti luas adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (cultivation, atau untuk ternak: raising). Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah proses menghasilkan bahan makanan. 

Pertanian terbagi 2 
-    Pertanian Lahan Basah atau SawahØ 
Merupakan usaha tani yang dilaksanakan pada hamparan yang sangat membutuhkan perairan. Perairan sawah biasanya dilakukan untuk komoditi padi,jagung dan kacang-kacang. 
-   Perairan Lahan Kering atau Ladang 
Adalah pertanian yang tidak membutuhkan pengairan.Komoditas lading biasanya berupa palawija,umbi-umbian dan holtikultura. 

2. Perkebunan 
Merupakan usaha tani di lahan kering yang ditanami dengan tanaman industri yang laku di pasar, seperti : karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh , dan lain-lain. 

3. Peternakan 
Merupakan usaha tani yang dilakukan dengan membudidayakan ternak. Usaha ternak dibedakan atas: 
·         Peternakan unggas (ayam dan itik) 
·         Peternakan kecil (kambing,domba,kelinci,babi dan lain-lain) 
·         Ternak besar (kerbau,sapi dan kuda) 
4.  Perikanan 
Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 
·         Perikanan tangkap,  dapat dibedakan menjadi perikanan perairan (sungai dan danau) dan perikanan air laut. 
·         Perikanan budidaya, dapat dibedakan dalam perikanan kolam, perikanan rawa, perikanan empang dan perikanan tambak. 
 5. Kehutanan 
Adalah kegiatan pertanian yang dilakukan untuk mempoduksi atau memamfaatkan hasil hutan,baik yang timbuh atau hidup secara alami maupun yang telah dibudidayakan Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis merupakan (a) kegiatan yang berbasis pada keunggulan sumberdaya alam (on-farm agribusiness) yang terkait erat dengan penerapan teknologi dan keunggulan sumberdaya manusia bagi perolehan nilai tambah yang lebih besar (off-farm agribusiness); serta (b) kegiatan yang memiliki ragam kegiatan dengan spektrum yang sangat luas, dari skala usaha kecil dan rumahtangga hingga skala usaha raksasa, dari yang berteknologi sederhana hangga yang paling canggih, yang kesemuanya itu saling terkait dan saling mempengaruhi. 
Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis terutama dihadapkan dengan kondisi petani kita yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis. Dalam konteks bahasan ini, yang dimaksud “sistem pengembangan agribisnis” adalah suatu bentuk atau model atau sistem atau pola pengembangan agribisnis yang mampu memberikan keuntungan layak bagi pelaku-pelaku agribisnis (petani/peternak/pekebun/ nelayan/pengusaha kecil dan menengah/koperasi), berupa peningkatan pendapatan, peningkatan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja. 
Di Indonesia sejak dilaksanakan pembangunan pertanian, telah diterapkan beberapa sistem pengembangan pertanian berskala usaha baik untuk komoditi pangan maupun non pangan. Jika dikaji lebih jauh tujuan dan sasaran “sistem pengembangan” yang pernah diterapkan di sektor pertanian, pada hakekatnya adalah pengembangan sektor pertanian (dalam arti luas) secara menyeluruh dan terpadu, yakni tidak hanya peningkatan produksi, tetapi juga pengadaan sarana produksi, pengolahan produk, pengadaan modal usaha dan pemasaran produk secara bersama atau bekerjasama dengan pengusaha. Sistem pengembangan sektor pertanian semacam ini, jika menggunakan istilah sekarang, tidak lain adalah pengembangan pertanian berdasarkan agribisnis, atau dengan kata lain pengembangan agribisnis. 
Di antara sistem-sistem tersebut ada yang diterapkan oleh pemerintah berupa kebijakan nasional dan ada pula yang telah berhasil diterapkan oleh kelompok masyarakat atau kelompok peneliti, akan tetapi masih bersifat per kasus. Adapun sistem-sistem tersebut antara lain: Unit Pelaksana Proyek (UPP), Insus dan Supra Insus, Sistem Inkubator, Sistem Modal Ventura, Sistem Kemitraan (Contract Farming) dalam berbagai bentuknya seperti Pola PIR, Pola Pengelola, Sistem ‘Farm Cooperative’, dll. Jadi dalam rangka pengembangan agribisnis hortikultura, pelaku-pelaku agribisnis dapat menerapkan satu atau lebih sistem tersebut sesuai dengan kondisi lokalita

Potret Aplikasi Teknologi Informasi dalam Dunia Penyuluhan Pertanian Nusantara . . .


Kawan, mungkin untuk sekedar perbandingan, di negeri tetangga kita, Jepang, aktivitas Penyuluhan Pertanian (meliputi pertanian, perikanan, dan kehutanan) telah dilakukan dengan cara dan proses yang sangat modern sejak beberapa tahun silam.
Di Jepang, formulasi penyebaran informasi sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien. Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Pemeran utama dalam hal ini justru bukan semata dari kelembagaan Pemerintah Jepang, melainkan juga dari Organisasi Non Pemerintah yaitu Asosiasi Pembangunan dan Penyuluhan Pertanian Jepang (Japan Agricultural Development and Extension Assosiation). Asosisasi ini telah membangun suatu sistem pertukaran informasi diantara para Pemandu Penyuluhan Pertanian pada setiap wilayah pengembangan, dengan materi kumpulan kasus-kasus Penyuluhan Pertanian yang berbasis pada Programa Penyuluhan, informasi tentang Metode Penyuluhan, informasi teknis komoditas yang dikembangkan para petani, dan informasi tentang temuan inovasi teknologi oleh Lembaga Penelitian Pertanian.
Dengan perangkat teknologi informasi ini, para Pemandu Penyuluhan petanian dapat dengan cepat mempertukarkan informasi spesifik lokasi ke wilayah pengembangan lainnya. Perangkat yang digunakan berkembang seiring waktu. Jika pada tahun 1975 sebagai awal penerapannya menggunakan “Surat Berantai” (Snail Letter), maka pada tahun 1985 beralih dengan menggalakkan penggunaan faximili, dan sejak tahun 1990 diramaikan dengan penggunaan jaringan komunikasi personal yang diberi nama Nilai Tambah Jaringan Kerja Penyuluhan (Fukyu/Extension Value Added). Jaringan komunikasi yang paling populer diterapkan pada tahun 2000 sampai saat ini, sistem ini diberi nama Jaringan Kerja Informasi Penyuluhan (Extension Information Network) atau disingkat El-Net, dipadukan dengan internet, home page, dan dioperasikan oleh Pusat Teknologi Informasi Jepang.
Metode yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan akhir dari adanya kegiatan penyuluhan yang bersangkutan. Sementara jika kita melihat di Jepang, maka kita dapat melihat metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui penerapan Sistem Teknologi Informasi dan Multimedia yang dianggap mampu meningkatkan keberhasilan serta mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan akhir dari aktivitas penyuluhan itu secara efektif, yang memang sedianya mampu merubah sasaran penyuluhan yakni petani dalam hal Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan (PSK), dan pada akhirnya akan tercapainya Better Farming, Better Business, Better Living, n Better Community (4B) dalam masyara kata petani itu sendiri.
Lalu, Bagaimana dengan Penyuluhan di Indonesia sendiri?
Kini di Era Komunikasi Global dimana perangkat Teknologi Informasi berupa internet yang semarak dengan penyelenggara komersial berupa Warung Internet (Warnet), bukan lagi barang asing di Indonesia. Terlebih lagi, perangkat Teknologi Informasi pada tingkat Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai-Balai Penelitian dan Pengembangan Komoditas Pertanian sebagai penghasil inovasi teknologi pertanian, juga telah memadai. Di tingkat wilayah saat ini terdapat kurang lebih 30 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perangkat organisasi Badan Litbang Pertanian yang mengakuisisi peran Balai Informasi Pertanian tempo dulu, berperan sebagai penghasil Teknologi Tepat Guna Spesifik Lokasi, sekaligus memberikan contoh diseminasinya, kini juga dilengkapi dengan perangkat Teknologi Informasi. Dengan demikian, perangkat pemerintah pusat dan sumber-sumber inovasi teknologi, termasuk perangkatnya di wilayah pengembangan pertanian nampaknya siap berperan tanpa hambatan.
Oleh karena itu, tiba saatnya perhatian dan upaya difokuskan pada penyediaan perangkat Teknologi Informasi yang diarahkan kepada pengguna inovasi teknologi secara lokal baik di tingkat kabupaten (Badan Pelaksana Penyuluhan/Bapeluh) dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di tingkat kecamatan, yang memang bersentuhan langsung dengan berjuta petani yang haus akan inovasi teknologi dan rekayasa kelembagaan pedesaan progresif, melengkapi sistem, media dan metode penyuluhan konvensional kita saat ini yang sedang bergelut dengan peningkatan kinerjanya.
Jika mau membandingkan antara Jepang vs Indonesia, Penyuluhan Pertanian Indonesia di Era Globalisasi saat ini terpaut 20 tahun ke belakang dari segi waktu dengan Penyuluhan Pertanian yang ada di Jepang saat ini . Namun, setidaknya arah menuju kesana telah mulai dirintis oleh pemerintah kita, melalui departemen pertanian, perikanan, maupun kehutanannya setelah dicanangkannya program Revitalisasi Pertanian. Apalagi yang terbaru telah dibentuknya suatu badan non departemen yang bergerak di sektor penyuluhan pertanian yakni Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakorluh) di berbagai propinsi di Indonesia yang ditopang oleh kinerja PERHIPTANI (Perhimpunan Penyuluhan Pertanian Indonesia/Indonesian Agricultural Extension Association) yang menandakan akan diaktifkannya kembali Sektor Penyuluhan Pertanian yang telah lama tertidur pulas . Kini adalah waktu yang tepat untuk bangun dan memajukan pertanian Indonesia, tentunya melalui sektor penyuluhan pertanian ini sebagai ujung tombak. Lahirnya website-website dari lembaga-lembaga penyuluhan tersebut, serta tampilnya beragam aplikasi Teknologi Informasi dan Multimedia di dalam aktivitas penyuluhan akan membawa sektor penyuluhan Indonesia untuk semakin efektif dan berkembang demi kesejahteraan petani Indonesia pada khususnya serta kemajuan pertanian Indonesia pada umumnya. Amin .

TAHAPAN PEMBENTUKAN DINAMIKA KELOMPOK


a. Tahapan Pembentukan Kelompok
Perkembangan sebuah kelompok selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok.

Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).
Informing. Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antaranggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Seorang fasilitator biasanya akan mencari titik pijak yang sama, dan membentuk visi, misi, serta tujuan kelompok. Fasilitator diharapkan dapat menggunakan kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.

Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.

Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.

Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.

b. Keunikan Kelompok
Yang menarik adalah setiap kelompok selalu memiliki dinamikanya sendiri. Menyikapi hal tersebut, seorang fasilitator sebaiknya dapat berperan sebagai penyeimbang – balancer – agar dinamika kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan – performing. Untuk menyeimbangkan dinamika kelompok, fasilitator perlu mengkombinasikan berbagai teknik fasilitasi seperti menyimak, mengamati, bertanya, probing, menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, maupun memberikan dorongan – encouraging. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu fasilitator membangun kelompok, antara lain adalah belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi anggota kelompok; membentuk kelompok diskusi yang kecil sehingga memungkinkan setiap anggota menyumbangkan pikiran dengan bebas; serta jangan sungkan untuk meminta bantuan seseorang di luar kelompok jika diperlukan.

Dalam sebuah kegiatan kelompok, sangat penting bagi seorang fasilitator untuk melakukan identifikasi secara cepat mengenai perilaku konstruktif serta karakteristik masing-masing peserta. Identifikasi ini akan memudahkan fasilitator dalam mengorganisir dinamika dalam kelompok. Berikut ini adalah beberapa perilaku konstruktif, ciri-cirinya, serta karakter dan intervensi yang dapat dilakukan oleh fasilitator.

Perilaku Konstruktif
Inisiator. Peserta ini memiliki ciri-ciri selalu aktif mengusulkan gagasan baru untuk didiskusikan serta selalu muncul dengan pendekatan baru untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul.
Pemberi opini. Peserta ini biasanya menyampaikan pandangan yang relevan dan siap menawarkan solusi.
§ Pembangun. Peserta ini biasanya mengembangkan pandangannya dari pendapat orang lain yang terlebih dahulu telah disampaikan.
Pemberi klarifikasi. Dicirikan dengan selalu memberikan contoh-contoh relevan, menawarkan alasan, mencari pengertian dan pemahaman, melakukan klarifikasi atas masalah.
Penguji. Biasanya selalu mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk ‘menguji’ apakah kelompok sudah siap mengambil keputusan.
Pembuat kesimpulan. Peserta ini biasanya melakukan review atas diskusi dan menyimpulkannya.
Penantang. Selalu menantang kelompok agar berpikir krtitis tentang gagasan mereka sendiri.
Pereda ketegangan. Peserta tipe ini biasanya senantiasa menggunakan humor atau meminta rehat pada saat-saat yang tepat.
Pencari kompromi. Ia biasanya mengalah sewaktu dibutuhkan agar kelompok dapat melangkah maju.

Pencipta keharmonisan. Peserta seperti ini biasanya selalu membantu menciptakan suasana harmonis.
Pemberi semangat. Ia selalu memberi semangat kepada yang lain, bersikap ramah dan memuji.
Penjaga gawang. Ia menjaga agah komunikasi berjalan lancar dan mendorong partisipasi.
Karakter peserta dan intervensi yang dapat dilakukan guna menjaga dinamika kelompok

Pendiam. Orang pendiam harus dihargai apapun bentuk partisipasi mereka. Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat. Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri. Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya agar dapat mempersiapkan diri. Luangkan waktu bersama. Bersabarlah. Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya atas isi pertemuan. Dorong kelompok agar membantunya belajar. Bentuklah kelompok diskusi kecil.

Agresif. Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan. Berikan umpan balik. Ubah komposisi kelompok. Ingatkan kelompok tentang norma belajar. Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku lain ketika terjadi. Bentuk kelompok alternatif non-agresif. Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota kelompok.

Dominatif. Luangkan waktu, berikan umpan balik. Catat tingkat partisipasinya. Buat kelompok dengan anggota yang memiliki karakteristik serupa. Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran peserta yang lain. Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain.

Menarik diri. Cari alasannya. Berikan peran padanya saat memberikan tugas kepada kelompok. Perkuat, berikan semangat. Dukung partisipasinya dan berikan tanggung jawab khusus. Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan dukungan. Terima keputusannya dan bersabarlah. Dorong terus partisipasinya.

Pelawak. Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan humor. Hadapi perilakunya. Berikan umpan balik – beri waktu agar bisa berubah. Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku orang ini.

Penyendiri. Tunjukkan sikap menerima. Berikan umpan balik jika sesuai. Berikan dukungan khusus. Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus. Dukung – ciptakan kesempatan untuk meraih penghargaan.

PERANAN DINAMIKA KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA TIM


 Pendahuluan.
Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika kelompok atau proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin meningkat. Sebagai mahluk sosial, manusia memang tidak mungkin hidup sendiri tanpa ada orang lain bersamanya, apakah itu dalam keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat, di kantor dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan, kita sudah merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai keluarga; kita tidak mungkin dapat bertahan hidup pada menit-menit pertama, minggu-minggu pertama malahan pada tahun-tahun pertama setelah kelahiran tanpa bantuan dari kelompok (keluarga). Dan melalui keluarga ini pula kita mulai belajar bagaimana harus bersosialisasi, yang mana nantinya merupakan dasar dari pola tingkah laku dan pola berpikir serta mendidik kita agar mempunyai perspektif tertentu terhadap diri sendiri dan dunia luar/lingkungan. Selanjutnya, hari demi hari kita lalui bersama kelompok, dari satu kelompok ke kelompok yang lain, baik formal maupun informal. Dan dalam kelompok-kelompok ini interaksi kita dengan orang lain dalam kelompok tidak dapat terhindarkan. Dari berbagai studi tentang perilaku dan kepribadian menunjukkan bahwa bentuk perlakuan yang diterima seseorang dalam kelompoknya mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menentukan identitas kepribadian seseorang.
Dari keterangan diatas, dapat kita lihat bahwa kehidupan dalam kelompok sangatlah dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut tetap efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok. Kedua hal penting ini dapat kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika kelompok.
Dinamika kelompok sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-proses kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa pengertian dari dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan semua hal atau proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu yang ada dalam kelompok itu.
Studi mengenai interaksi antar individu dalam kelompok oleh para ahli psikologi telah dimulai sejak awal tahun 1900-an. Kemudian oleh Kurt Lewin, seorang ahli psikologi kelahiran Polandia mulai dikembangkan lebih dalam mengenai dinamika kelompok ini. Beliau menekankan bahwa untuk mempelajari dan memahami tentang dinamika kelompok adalah dengan cara menerapkannya (learning by doing).
Fritz Heider, seorang ahli psikologi lain, dalam Teori Keseimbangan-nya (Balanced Theory) yang membahas mengenai hubungan-hubungan antar pribadi menerangkan bahwa individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain. Dan menurutnya, salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan adalah dengan menjalin komunikasi secara terbuka.
Dewasa ini, upaya peningkatan kerja tim merupakan alternatif utama dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas suatu organisasi.
©2004 Digitized by USU digital library 1
Berbagai pelatihan dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan pengembangan kerja tim.
Teknik pembentukan kelompok.
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.
Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang efektif.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan kelompok/tim, yaitu :
1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
2. Keandalan individu (individual accountability).
3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
5. Proses kelompok (group processing).
Ketergantungan positif (positive interdependency).
Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama. Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi antar anggota yang tinggi pula.
Beberapa kondisi yang membantu pewujudan dari ketergantungan positif ini antara lain adalah :
􀂾 Adanya tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar
􀂾 membutuhkan kerjasama yang tinggi.
􀂾 Adanya imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.
􀂾 Adanya peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.
􀂾 Adanya ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat dikerjakan bila kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.
􀂾 Adanya ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya mempunyai sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.

Keandalan individu (individual accountability).
Keandalan individu dapat dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui:
©2004 Digitized by USU digital library 2

􀂾 kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat diidentifikasi yang mana perlu peningkatan.
􀂾 sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.
Pengenalan terhadap kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat penting karena :
􀂾 memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok.
􀂾 memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
􀂾 dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing", yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila semua faktor-faktor ini cukup jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-masing, menyadari akan tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta adanya keterikatan kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan social loafing dapat dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.

lnteraksi langsung (face-to-face interaction)
lnteraksi secara langsung merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif. Dengan adanya interaksi langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja akan menjadi lebih baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas, moral an efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka. Agar interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam kelompok tidak terlalu besar
Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
Kelompok tidak akan mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama. Ketrampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Mengapa? Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya, individu tersebut merupakan bagian dari kelompok/tim. Berbagai studi mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam menyelesaikan tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.
Proses kelompok (group processing).
Proses kelompok juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif strategi yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.
©2004 Digitized by USU digital library 3
Konflik dalam kelompok.
Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam menentukan metode yang akan diambil untuk mencapai tujuan. Misalnya, suatu kelompok yang terdiri dari 6 (enam) orang diberi uang Rp. 10.000.000,- yang harus dihabiskan dalam waktu 2 (dua) minggu. Dua orang dari kelompok ingin untuk menyumbangkan semua uang tersebut pada sebuah panti asuhan, dua orang lainnya ingin agar uang tersebut dipakai untuk berlibur, sementara dua orang lagi menginginkan uang tersebut digunakan untuk membantu keluarganya meneruskan sekolah. Apa yang terjadi dalam kelompok ini? Jelas, kelompok ini berada dalam keadaan konflik, dimana mereka harus membuat keputusan yaitu "bagaimana uang tersebut digunakan" sementara anggota kelompok mempunyai keinginan yang berbeda-beda.
Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok diarahkan pada diri sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi mereka hanya pada jangka waktu pendek saja. Oleh Sherif dan sherif (1953) dikatakan bahwa konflik ini dapat diatasi bila anggota kelompok mati memperluas persepsi mereka agar lebih diarahkan pada apa yang disebutnya sebagai "tujuan super ordinat". Tujuan super ordinat adalah tujuan yang sangat penting bagi semua orang dalam kelompok, tetapi tidak dapat dicapai hanya dengan bekerja sendiri. Dengan perkataan lain, kebutuhan kelompok akan terpenuhi selama semua orang yang terlibat dalam kelompok tersebut ikut bekerja.
Secara umum, faktor-faktor yang dapat merupakan sumber konflik antara lain adalah :
􀂾 perbedaan-perbedaan keinginan, nilai, tujuan
􀂾 adanya keterbatasan akan sumber tertentu seperti kekuasaan, kedudukan, waktu, popularitas, uang dan lain-lain
􀂾 persaingan (rivalry)
Konflik tidak selamanya memberikan dampak yang jelek pada kelompok ataupun organisasi. Di dalam organisasi yang sehat justru konflik dianjurkan, hal ini sering dikenal dengan istilah kontroversi. Berbagai studi dalam bidang ilmu perilaku oranisasi yang menunjukkan bahwa adu argumentasi, ketidaksetujuan, debat, ide-ide atau informasi yang bermacam-macam ternyata sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas dan kualitas kelompok. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya konflik antara lain adalah anggota kelompok akan lebih terstimulasi atau terangsang untuk berpikir atau berbuat sehingga mengakibatkan kelompok menjadi lebih dinamis dan berkembang karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide atau buah pikirannya secara lebih terbuka. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam artian produktif konstruktif, konflik harus dikendalikan secara positif.
Kerugian yang ditimbulkan oleh konflik biasanya disebabkan karena konflik tersebut biarkan berjalan dalam waktu yang lama dan berkepanjangan atau dibiarkan menjadi semakin meruncing tanpa ada penyelesaian. Tentu hal ini dapat merusak iklim kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja kelompok.
Pada dasarnya konflik yang terjadi dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu konflik antar individu (interpersonal conflict) dan konflik antar kelompok (intergroup onflict). Diantara kedua bentuk ini, konflik antar individu merupakan permasalahan yang cukup serius karena keadaan ini dapat mempengaruhi emosi individu secara mendalam dan bila keadaan ini tidak dikendalikan secara tepat maka cepat atau lambat dapat merusak iklim kerja baik dalam kelompok maupun organisasi.
Bila seseorang berada dalam keadaan konflik ada dua hal yang mempengaruhi cara yang ditempuh untuk mengatasinya yaitu 1) memperhatikan tujuan personal dan 2) keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan anggota kelompok. Dengan mempertimbangkan kedua aspek ini, dalam penyelesaian konflik dikenal beberapa kemungkinan strategi yang ditempuh



seperti menghindar dari konflik (avoiding), melunakkan suasana (smoothing), memaksa dengan menggunakan kekuasaan (forcing) dan konfrontasi (confrontation). Tergantung dan strategi atau pendekatan yang dilakukan kemungkinan hasil dan penyelesaian konflik dapat berupa kalah-kalah (Jose-lose), kalah-menang (lose-win)/menang-kalah (win-lose) dan menang-menang (win-win). Tentu dan kemungkinan-kemungkinan ini yang paling ideal adalah penyelesaian yang dapat menghasilkan kondisi "menang-menang (win-win)".
Strategi dan hasil yang mungkin dapat diperoleh dalam mengatasi konflik dapat kita lihat sebagai berikut :

Strategi yang dipilih: Kemungkinan hasil yang diperoleh:
- menghindari persoalan (avoiding) - kalah-kalah (lose-lose)
- melunakkan suasana (smoothing) - kalah-menang (lose-win)
- menggunakan kekerasan (forcing) - menang-kalah (win-lose)
- konfrontasi (controntation) - menang-menang (win-win)
Walaupun kesemua cara atau strategi ini cukup efektif, namun yang paling ideal adalah pendekatan dengan cara konfrontasi. Alasannya adalah karena dengan strategi konfrontasi semua persoalan yang diduga menjadi penyebab timbulnya konflik akan terungkap sehingga kedua belah pihak akan dapat melihat kembali dan mempelajari secara matang dan untuk selanjutnya diambil penyelesaian yang matang dan rasionil. Berbagai studi mengenai manajemen konflik menunjukkan bahwa penyelesaian konflik melalui pendekatan konfrontasi memberi kepuasan bagi kedua belah pihak dan dirasa cukup konstruktif.
Secara umum, berbagai prosedur dapat dilalui dalam upaya menyelesaikan konflik antara lain secara hukum, penggunaan pihak ketiga, dengan kekerasan, serta negosiasi atau perundingan. Dan kesemua prosedur ini yang efektif adalah melalui negosiasi atau perundingan. Negosiasi sebenarnya merupakan suatu proses penyelesaian dengan cara mendapatkan suatu kesepakatan.
Dalam negosiasi ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan agar hasil yang diperoleh cukup konstruktif, antara lain sebagai berikut:
Langkah 1 : Pencairan.
Pada langkah ini kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengungkapkan persepsi masing-masing terhadap persoalan dengan tujuan mendapatkan klarifikasi dan mencari upaya-upaya yang tepat kearah pemecahan permasalahan. Ada beberapa hal yang dapat membantu agar langkah awal ini menjadi lebih efektif, yaitu :
􀂾 pilihlah waktu yang tepat untuk memulai negosiasi
􀂾 ungkapkan permasalahan secara objektif, jangan menyinggung pribadi secara psikologis
􀂾 pahami pandangan lawan secara objektif

Langkah 2 : Kejelasan/ketegasan permasalahan secara bersama-sama.
Kejelasan akan permasalahan yang menyebabkan timbulnya konflik sebaiknya dibicarakan secara bersama-sama. Hal ini penting untuk menyamakan persepsi tentang permasalahan tersebut. Beberapa hal yang penting diperhatikan disini adalah:
􀂾 jangan menghina atau mencela pribadi, tapi ungkapkanlah tindakan yang dilakukan secara objektif dan jelas
􀂾 perlu ditekankan bahwa permasalahan yang timbul akibat terjadinya konflik tersebut merupakan masalah bersama yang perlu dipecahkan bersama demi perbaikan mutu kerja
􀂾 perlu ketegasan tentang pokok permasalahan

Langkah 3 : Kejelasan posisi dan perasaan.
Selama proses negosiasi, penempatan isu yang dibicarakan serta perasaan terhadap isu tersebut mungkin saja berubah. Oleh karena itu agar negosiasi dapat berhasil puan untuk mengungkapkan permasalahan secara benar dan kemampuan mendengar sangat dibutuhkan. Konflik akan sulit diatasi bila negosiator tidak mengalami duduk persoalan yang menjadi isu dalam konflik tersebut. Hanya dengan mengetahui dan memahami apa yang menjadi perbedaan-perbedaan antara kedua pihak sehingga timbul konflik maka penyelesaian yang konstruktif dapat dicapai. Oleh karena itu penting diketahui bagaimana persepsi atau tanggapan pihak terhadap isu yang menimbulkan konflik tersebut.
Langkah 4 : Mencari tema bersama.
Berbagai studi menunjukkan bahwa konflik dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat bila dalam upaya penyelesaian konflik tersebut lebih ditekankan pada pencarian tujuan-tujuan yang bersifat koperatif yang menyangkut kedua belah pihak. Disamping itu, upaya ini mengurangi kemungkinan reaksi defensif dari pihak lawan, meningkatkan pengertian terhadap kedua belah pihak dan mengurangi perasaan kalah-menang dalam negosiasi.
Langkah 5 : Belajar empati.
Negosiasi sukar untuk berhasil bila kita hanya melihat permasalahan dari perspektif sepihak saja. Pengetahuan tentang bagaimana pihak lawan melihat permasalahan dan bagaimana persepsi lawan terhadap isu yang timbul sangat dibutuhkan agar penyelesaian konflik dapat dilakukan secara efektif dan konstruktif. Belajar melihat permasalahan dari kacamata dan belajar berdiri pada sepatu orang lain merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan negosiasi.
Langkah 6 : Koordinasi motivasi untuk penyelesaian permasalahan.
Keinginan untuk menyelesaikan konflik seringkali berbeda diantara kedua belah pihak yang berselisih. Walaupun satu pihak ingin berdamai, belum tentu pihak lain mempunyai keinginan yang sama pula. Disinilah letak kemampuan negosiator untuk dapat mengkoordinasikan motivasi dan keinginan kedua belah pihak sehingga masing-masing pihak merasakan akan pentingnya penyelesaian konflik ini demi kebaikan semua pihak. Agar motivasi untuk berdamai ini timbul, penting sekali diungkapkan kepada kedua belah pihak kerugian-kerugiaan yang ditimbulkan akibat terjadinya perselisihan ini.
Langkah 7 : Pencapaian kesepakatan.
Konflik sudah dapat dikatakan "selesai" bila sudah ada kesepakatan dari kedua belah pihak. Pada tahap ini kedua belah pihak telah menerima apa yang telah diputuskan secara bersama sebagai suatu penyelesaian dan secara terbuka telah menyatakan keikatan mereka untuk melaksanakannya.
Secara singkat, dapat dikatakan dalam upaya penyelesaian konflik secara konstruktif dibutuhkan keterbukaan, kejujuran dan keobjektifan dalam melihat permasalahan. Selain itu perlu dipahami bagaimana persepsi dan perasaan masing-masing pihak dalam melihat permasalahan tersebut.
Menggerakkan kelompok.
Menggerakkan kelompok pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup kompleks. Banyak kita lihat kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya cukup tinggi pada awalnya, tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada akhirnya hilang sama sekali. Jelas bahwa dasar dari partisipasi ini adalah adanya motivasi atau dorongan untuk melakukan tindakan tersebut. Dorongan atau motivasi ini akan timbul bila kelompok telah menyadari akan perlunya melakukan tindakan tersebut.
©2004 Digitized by USU digital library 6
Hoffer (1974) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat:
1. Tahap inisiasi atau tahap pendahuluan. Pada tahap ini kelompok masyarakat turut merencanakan dan memberikan ide-ide yang mendukung suatu perubahan kearah perbaikan.
2. Tahap legitimasi atau tahap pengesahan. Apa yang disarankan oleh kelompok masyarakat disyahkan agar dapat dilaksanakan.
3. Tahap implementasi atau tahap pelaksanaan. Perencanaan yang telah disyahkan mulai dilaksanakan.
Motivasi atau dorongan kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan melalui pendekatan diatas akan menjadi lebih besar karena sejak dari awal mereka sudah diikutsertakan. Keikutsertaan kelompok mulai dari fase perencanaan sampai pada fase pelaksanaan meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki dari anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa klarifikasi terhadap sasaran atau tujuan sangat penting dalam memotivasi kelompok.
Faktor lain yang penting dalam upaya menggerakkan kelompok adalah dengan menciptakan keterikatan kelompok (group cohesion). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan keterikatan dalam kelompok antara lain pembinaan sama yang baik, keberhasilan memenuhi keinginan dari anggota kelompok, aga keterbukaan dan tingkat kepercayaan sesama anggota kelompok tetap tinggi. Selain itu upaya menggerakkan kelompok tidak terlepas dari kemampuan kepemimpinan seseorang. Dari berbagai studi dalam bidang bidang manajemen menujukkan bahwa keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung dan tingkat efektifitas pemimpinnya. Semakin efektif pemimpinnya semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kelompok itu. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu memotivasi anggota kelompoknya agar dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan, termasuk kemampuannya dalam meningkatkan kerja tim yang baik. Kepustakaan :
Kepustakaan
Adair,J., Effective Team Building, Pan Books, 1987.
Davis & Newstrom, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, McGraw-Hill, 1989.
Goldberg, A.A., Carl E. Larson, Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi dan penerapannya (penterjemah : Koesddarini S, Gary R. Yusuf), Edisi I, Cetakan I, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.
Johnson & Johnson, Joining Together: Group Theory and Group Skills, Third edition, Prentice Hall. 1987.
Luft, J., Group Processes: An Introduction to Grouup Dynamics, Third edition, Mayfield Publishing.
Maddux, R.B., Pengembangan Tim: Latihan dalam Kepemimpinan, (alih bahasa: Budi), Binarupa Aksara, 1991.
Pareek, Udai., Perilaku Organisasi : Pedoman Ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, Seri Manajemen No. 98, PT Midas Surya Grafindo, 1984.
Shaw, Group Dynamics, The Psychology of Small Group Behavior, McGraw-Hill, 1971.
©2004 Digitized by USU digital library 7
 
cbox

close