DAFTAR ISI ARTIKEL

KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF PENYULUHAN


Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hubungan antara manusia itu sendiri memerlukan suatu proses yang sering disebut komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Kita sering kali mengatakan bahwa kita telah berhasil melakukan komunikasi. Apabila hal tersebut memang benar, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sering sekali terjadi perselisihan akibat kesalahpahaman bahkan menimbulkan dapat menimbulkan peperangan atau kesalahan dalam penerapan teknologi. Berdasarkan hal tersebut, apakah masih dapat kita katakan bahwa berkomunikasi itu mudah?.
Pada dasarnya komunikasi dikatakan berhasil apabila makna pesan yang diterima komunikan sesuai dengan makna pesan yang disampaikan komunikator. Keberhasilan komunikasi sangat dipengaruhi oleh kondisi/latar belakang komunikator dan komunikan, saluran dan media komunikasi serta gangguan yang mungkin terjadi pada saat berkomunikasi.
Dengan demikian komunikasi dikatakan mudah apabila dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sudah mengenal satu sama lain atau memiliki tingkat pendidikan, latar belakang (sosial budaya) yang relatif sama dan tidak ada gangguan (teknis maupun semantik) pada saat komunikasi berlangsung. Sedangkan komunikasi dapat dikatakan sulit apabila komunikator dan komunikan memiliki perbedaan yang nyata baik dari tingkat pendidikan ataupun latar belakang atau terdapat gangguan selama komunikasi berlangsung.
Prinsip bahwa komunikasi adalah suatu proses, penting sekali dijadikan pedoman, karena hal itu menunjukkan kepada kita bahwa pada hakekatnya sebagai suatu proses, maka komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir yang difinitif. Segala sesuatu pengalaman, pengetahuan, tentang orang, topik, informasi umum, serta sikap kita berasal dari masa lalu ikut berpengaruh pada respon yang kita lakukan terhadap sesuatu yang kita terima ketika berkomunikasi.
Cooley (1909), mengartikan komunikasi sebagai suatu mekanisme yang memungkinkan atau menyebabkan adanya hubungan antar manusia, sehingga hasil dari proses komunikasi adalah terjadinya komunikasi antar pribadi-pribadi yang ditandai oleh adanya tindakan pengungkapan oleh fihak seseorang (atau lebih), pengamatan secara sadar maupun tidak terhadap tindakan itu oleh fihak-fihak lain, dan kemudian melakukan pengamatan kembali bahwa tindakan yang pertama sudah diamati oleh fihak lain (Ruesch dan Bateson, 1951).
Sejalan dengan pernyataan ini Slamet (1978). Menyimpulkan bahwa “komunikasi adalah suatu mekanisme atau proses penyampaian pesan-pesan, gagasan-gagasan, harapan-harapan, dan perasaan-perasaan dari orang-orang tertentu kepada orang-orang lain yang berkepentingan”.
Proses yang azasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama (Kincaid dan Schramm, 1977). Pengertian ini kiranya lebih tepat untuk melukiskan suatu proses komunikasi daripada kata-kata mengirim atau menerima. Karena penggunaan bersama tidak berarti bahwa seseorang melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu pada orang lain. Penggunaan bersama berarti: suatu hal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama, suatu hal dimana mereka berpartisipasi secara bergabung atau bersama. Berpartisipasi artinya berinteraksi dengan fihak-fihak lain dalam buah pikiran, perasaan atau kegiatan tertentu. Jadi saling berbagi atau menggunakan sesuatu hal yang sama secara bersama.
Uraian terakhir ini nampaknya sependapat dengan rumusan yang diberikan oleh Cherry (1957), yaitu: “komunikasi adalah suatu proses dimana fihak-fihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama (pengertian bersama) yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua fihak yang bersangkutan. Komunikasi bukan merupakan jawabannya sendiri, tetapi pada hakekatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerusan rangsangan dan pembangkitan balasannya”
Slamet (1978) pada prinsipnya mengemukakan bahwa tujuan komunikasi dapat dibedakan dalam 3 hal yakni :
1. Informative, untuk memberikan informasi dengan pendekatan lewat pikiran
2. Persuasive, untuk menggugah perasaan dengan menggunakan pendekatan lewat emosi bukan pikiran
3. Intertainment untuk mengisi waktu senggang atau penghiburan saja
Susanto (1973) mengemukakan ada 4 tujuan komunikasi, sebagaimana secara explisit dikemukakan oleh Schramm sejak 1971 yaitu:
1. Memberikan penerangan/informasi
2. Mempengaruhi
3. Mengisi waktu senggang
4. Pendidikan.
Pada kenyataannya, komunikasi dapat membawa sebuah perubahan sosial. Dalam pembicaraan sehari – hari kita mengenal tentang perubahan yang terdapat di struktur masyarakat sosial. Perubahan itu mencakup berbagai aspek di dalam kehidupan bermasyarakat. Paling tidak ada perubahan yang secara jelas menggambarkan bagaimana perubahan itu terjadi dan pengaruhnya pada setiap aspek dan struktur masyarakat.
Perubahan yang terjadi didalam struktur sosial masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Perubahan sosial secara internal karena adanya pergolakan dan perubahan setiap individu – individu yang membawa perubahan kepada anggota masyarakat lainnya sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka masyarakat akan terimbas oleh pengaruh tersebut. Begitu pula dengan perubahan sosial disebabkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya dan terpaan media massa yang membawa suatu dampak tersendiri bagi budaya masyarakat didalamnya. Justru pengaruh eksternal inilah yang sangat kuat dalam membentuk setiap perubahan yang nyata di dalam masyarakat.
Dalam usaha meningkatkan nilai tambah dirinya di masyarakat, manusia memerlukan pendidikan baik formal, non formal maupun informal. Walaupun, masyarakat mengetahui bahwa pendidikan itu penting, tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal. Dalam usaha meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu menjalankan perannya dalam masyarakat, pendidikan non formal merupakan alternatif pendidikan yang dapat ditempuh. Salah satu pendidikan non formal yang umumnya dilakukan adalah penyuluhan.
Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian terlihat bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik.
Kalau pengertian-pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang penyuluhan maka komunikasi penyuluhan adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan semua bidang kehidupan baik secara perorangan maupun kelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu dalam usaha meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam penyuluhan bukan saja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan akan tetapi lebih dari itu. Setiap penyuluh harus bisa menjadi komunikator yang handal agar apa yang sampaikan dapat diterima sasaran dengan baik. Namun, setiap komunikator belum tentu penyuluh karena tujuan orang berkomunikasi kadangkala hanya sebagai menyampaiankan pesan saja tidak sampai membimbing dan mengarahkan sasaran agar dapat menerapkan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyuluhan bertujuan mengadakan perubahan timbulnya hasrat atau keinginan sasaran sehingga dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan melakukan penilaian mencoba yang pada akhirnya menerapkan atau mempraktekkan segala pesan yang disampikan oleh penyuluh. Selain itu, dalam penyuluhan materi pesan selalu memperhatikan kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan aspek lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Penyuluh Merupakan Komunikator dan Komunikator Belum Tentu Penyuluh
Sebagai salah satu proses komunikasi, dalam praktek, penyuluhan harus selalu melaksanakan ketiga tujuan tersebut sekaligus, Hanya saja, tergantung dari perilaku yang dipengaruhi, salah satu dari ke-3 tujuan tersebut diberi penekanan yang utama, berturut-turut sampai yang terendah tingkatannya.
Sehubungan dengan ini, pelaksanaan penyuluhan ini perlu selalu memperhatikan:
1. Selalu melaksanakan tujuan entertainment/penghibur sebagai penopang atau penunjang keberhasilan kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Apabila ditinggalkan, sasaran penyuluhan akan tidak tertarik dan jemu. Sebaiknya jika proporsinya tidak berlebihan, dapat merusak suasana sehingga kegiatan penyuluhan pertanian menjadi tidak efektif dalam artian kurang atau tidak tercapainya tujuan utama
2. Dengan mengingat bahwa kegiatan penyuluhan bukanlah sekedar penerangan, maka tujuan informatif dan tujuan persuasive yang dikehendaki didukung oleh tujuan entertainment harus dilaksanakan seefektif mungkin sehingga secepatnya sasaran dapat memberikan respon yang positif untuk tumbuh minat, menilai mencoba dan kemudian menerapkan atau mengikuti segala sesuatu yang disuluhkan. Dalam berkomunikasi yang memiliki tujuan berbeda-beda, memiliki 2 dimensi tujuan komunikasi yang oleh Slamet (1978) dikemukakan berupa : (1) Siapakah tujuan atau sasaran komunikasi yang dituju, (2) Bagaimanakah efek atau pengaruh yang dikehendaki dari atau sebagai hasil komunikasi tersebut.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari sering kita temui dan alami sendiri bahwa, didalam berkomunikasi dengan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, tanggapan yang datang tidak hanya datang dari sasaran yang dikehendaki tadi, melainkan ada juga yang datang dari individu atau kelompok yang lain yang dalam komunikasi disebut dengan intended receiver (sasaran yang dikendaki) dan unintended receiver (sasaran yang tidak dikehendaki. Sasaran yang dikehendaki ataupun tidak dikehendaki akan membr\erikan respon positif ataupun respon negatif yakni yang sifatnya menerima atau menyetujui pesan yang diberikan dan sifatnya menolak pesan yang diberikan.

Sehubungan dengan kejadian ini, didalam berkomunikasi, perhatian kita harus dipusatkan kepada sasaran, sebab memang pihak inilah yang ingin kita beri informasi dan pihak ini pula yang kita harapkan tanggapannya. Namun bukan berarti respon yang bukan dapat sasaran diabaikan, karena hal itu dapat membahayakan karena mereka adalah bagian dari masyarakat sasaran, sehingga akan berakibat fatal bila pihak-pihak berkuasa atau yang punya pengaruh dalam masyarakat yang bersangkutan secara formal maupun informal bila diabaikan terutama bila responnya negatif.
Terlepas dari motif tujuan berkomunikasi apakah: memberikan informasi, menggugah perasaan atau menghibur, Slamet lebih lanjut mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan dan diterima olek komunikan dapat dibedakan mengenai efek atau pengaruhnya yaitu; yang sifatnya konsumtif dan yang bersifat instrumental atau kombinasi dari keduanya.
1. Efek konsumtif adalah efek atau pengaruh komunikasi terhadap komunikan yang dapat langsung diresapi dan dapat diamati.
2. Efek instrumental adalah efek dari komunikasi yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh komunikan, dan juga tidak dapat langsung diamati oleh komunikator.
Sehubungan dengan perbedaan efek-efek komunikasi ini, perlu diperhatikan didalam penyuluhan dan ditekankan kepada efek konsumtif, tapi juga tidak melupakan efek instrumentalnya. Efek konsumtif digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga setiap materi yang disampaikan harus dirasakan manfaatnya oleh petani, sedangkan efek instrumental digunakan untuk menumbuhkan swadaya dan swakarsa petani dimasa mendatang.

Unsur-unsur komunikasi yang perlu kita perhatikan adalah:
1. Komunikator
Komunikator adalah individu atau kelompok masyarakat yang mengambil prakarsa atau sedang mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok masyarakat lain yang menjadi sasaran.
a. sumber informasi (source) adalah sumber dan informasi, ide-ide, kehendak dan pihak yang memilki kebutuhan untuk berkomunikasi. Komunikasi dalam praktek adalah suatu kegiatan manusia yang punya informasi, ide, dan kehendak serta merasa butuh berkomunksi dengan pihak lain
b. Pembuat sandi (encoder) adalah penterjemah ide-ide atau informasi menjadi sandi-sandi /simbol yang akan disampaikan kepada sasaran komunikasinya. Sandi dpat berupa suara, tulisan, gambaran, gerakan. Pembuat sandi dalam diri komunikator, berupa otot-otot yang memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan pada tangan, kaki, leher, mata, dll atau dapat menimbulkan suara otot-otot tenggorokan, bibir, lidah, dll.
2. Pesan (Message)
Pesan merupakan informasi, ide-ide yang telah dirubah dalam bentuk sandi-sandi dengan maksud agar sasaran dapat paham. Pesan dalam komunikasi disamakan dengan barang kiriman yang setelah melalui saluran-saluran tertentu dapat diharapkan sampai pada alamat yang dituju dan mendapat respon
3. Saluran (Channel)
Saluran adalah suatu media sebagai sarana penghubung antara komunikator selaku sumber informasi dengan penerima informasi sebagai sasaran komunikasi. Saluran dapat berupa segala sesuatu yang dapat digunakan oleh pengirim pesan untuk mempertemukan atau mengirim pesan tersebut pada sasaran. Jadi saluran adalah jembatan penghubung antara komunikan dan komunikator dalam mengadakan komunikasi.
4. Komunikan
Komunikan pada hakekatnya adalah individu atau kelompok masyarakat yang dalam proses komunikasi punya fungsi ganda, yaitu:
a. penterjemah pesan (decoder); adalah alat-alat dari organ tubuh yang dapat menterjemahkan pesan menjadi sandi-sandi yang dpat dipahaminya
b. Penerima (receiver); adalah sasaran penerima pesan dari komunikator, yaitu berupa individu atau kelompok masyarakat yang punya relevensi atau punya kebutuhan sama dalam hal penggunaaninformasi, ide-ide dan keinginan yang disampaikan.
Telaah terhadap proses perubahan ternyata dapat terjadi dan dapat diusahakan dengan menerapkan berbagai teknik, yaitu:
1. Teknik persuasive (bujukan/ajakan), dengan menerapkan komunikasi secara bertahap, dari tahapan menggugah perasaan sampai tahapan yang tertinggi
2. Teknik compulsion (paksaan), melalui usaha menciptakan kondisi atau keadaan yang menyebabkan komunikan harus berubah pikiran
3. Teknik pervasion (pengulangan), dengan melakukan komunikasi secara berulang-ulang tentang hal yang sama yang dipandang akan dapat merubah perilaku komunikan
4. Teknik Coersion (paksaan secara langsung), dengan memberikan sanksi atau hukum.
Dari teknik tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk merubah perilaku sasaran dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan paksaan dan persuasif. Kedua teknik tersebut oleh Mercado (1971) dibedakan berdasarkan apanya yang berubah terlebih dulu, sikapnya atau tindakannya. Pada teknik persuasif komunikan berubah sikapnya lebih dulu dibandingkan tindakannya, dan pada teknik paksaan yang berubah lebih dulu adalah tindakannya kemudian sikapnya.
Berkenaan dengan bimbingan massal teknik persuasif akan memakan banyak waktu dan dinilai tidak efektif, karena itu digunakan teknik paksaan, tapi perlu diingat teknik paksaan tidak sesuai dengan falsafah penyuluhan, sebab penyuluhan bukan bersifat paksaan melainkan menumbuhkan kesadaran untuk merubah perilaku sasaran dengan sendirinya. Memang diakui paksaan dapat diharapkan tumbuhnya partisipasi masyarakat, tapi sering tidak langgeng dan kurang bertanggung jawab jika timbul masalah, sedang persuasif sifatnya langgeng dan apabila timbul masalah mereka akan bertanggung jawab untuk mengusahakan penyelesaiannya sendiri.
Setiap komunikasi dalam penyuluhan pertanian selalu mengharapkan umpan balik berupa respon yang positif dari sasarannya, yaitu berupa perubahan perilaku dan termanifestasikan dalam bentuk perubahan tindakan-tindakan. Namun respon yang diharapkan tidak selalu ada, sehingga yang bersangkutan merasa gagal.
Kegagalan komunikasi, dapat diartikan sebagai komunikasi yang tidak mencapai tujuannya, yaitu komunikasi yang tidak memperoleh efek yang diharapkan oleh komunikator maupun oleh komunikannya. Sebaliknya komunikasi dianggap berhasil bila ada tanggapan dari kedua belah pihak yang terkait dan sama-sama merasa puas oleh komunikasi tersebut.
Kegagalan komunikasi menurut Slamet (1978), disebabkan oleh 2 hal yaitu tidak efisiennya komunikasi dan terjadinya salah pengertian selama proses komunikasi.
1. Komunikasi yang tidak efisien
Termasuk dalam komunikasi yang tidak efisien adalah:
a. Tujuan komunikasi
Komunikasi yang baik punya tujuan yang jelas dan khusus, baik bagi komunikatornya dan bagi komunikannya.
b. Faktor kebiasaan
Termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan tidak efisennya komunikasi adalah; ucapan atau gerakan tertentu yang diulang-ulang, mondar-mandir, dll. Kebiasaan itu akan mengurang efisiensi komunikasi, karena komunikan akan terganggu konsentrasinya dan dapat dijadikan bahan olok-olokan diantara sesama komunikan.
2. Salah pengertian
Dapat menyebabkan kegagalan komunikasi karena pesan yang diterima komunikan tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikator, dan respon yang diterima komunikator juga menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah pengertian disebabkan oleh:
a. Perbedaan tujuan
Salah pengertian terutama disebabkan karena tidak adanya persesuain tujuan berkomunikasi yang menjadi maksud komunikator dengan tujuan yang dikehendaki oleh komunikannya
b. Respon bukan sasaran
Salah pengertian bisa terjadi bila terdapat respon dari pihak yang bukan sasaran komunikasi, misalnya pada pertemuan kelompok tani, penyuluh ingin mengetahui produksi yang telah dihasilkan, karena disitu ada pamong desa yang mengahrapkan pujian, ia memberikan data yang tidak sewajarnya, dan sudah tentu penyuluh akan mendapat data yang tidak akurat karena ada kepentingan lain dari yang bukan sasaran.
c. Latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda
Misalnya tingkat pendidikan, bahasa, dll. Misalnya komunikator dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah tertentu yang belum tentu dipahami oleh sasaran.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi, setiap komunikasi diharap untuk dapat mengambil keputusan dan menerima pesan yang belum tentu dan harus dapat dibuktikan manfaatnya. Sehubungan dengan itu, komunikasi akan berhasil bila memenuhi pertimbangan sebagaimana yang dikemukakan Leys (1971) sebagai berikut:
1. Adanya kepentingan bersama (overlaping of interest) atau perimpitan kepentingan komunikator dengan komunikannya
2. Pesan yang disampaikan oleh komunikator merupakan pemecahan masalah yang dihadapi oleh komunikannya
3. Adanya kepercayaan komunikator mengenai kebenaran pesan yang disampaikan, dan komunikator yakin bahwa dirinya merupakan sumber yang dipercaya oleh komunikan
4. Pesan yang disampaikan ditujukan untuk tercapainya situasi baru didalam mana keduanya mempunyai kepentingan yang sama.

Berdasarkan hal tersebut penting bagi seorang penyuluh untuk memahami pokok pokok pikiran dalam komunikasi sehingga kegiatan penyuluhan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang sesuai dengan yang diharapkan.

Pustaka
Cherry, C. 1958. On The Coomunication. London: Pergammon Press.
Cooley, C. 1909. Social Organization. New York: Charles Scribner’s Sons.
Kincaid, D.L and W. Scramm. 1977. Azas-Azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES.
Leys, C. 1971. Political Perspective dalam Development in a Devided World. London: Penguin Books.
Margono, S. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Op Cit: 3th Edt.
Mercado, C.M. 1971. Communication Strategies and Their Impact on Launching the 1967: Grenn Revolution in The Philippines. Thesis. Philippines: UPLB.
Ruesch, J and G. Bateson. 1951. Communication: The Social Matrix of Psychology. New York: Norton Library.
Susanto, A.S. 1977. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jilid I. Bandung: Binacipta. 

0 comments

 
cbox

close